Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Yoon telah mengkritik penanganan militer atas insiden drone, sebagian menyalahkan ketergantungan pemerintahan sebelumnya pada pakta 2018.
Dia telah mendesak militer untuk siap membalas, bahkan jika itu berarti "mempertaruhkan eskalasi".
Kim juga bilang, Yoon memerintahkan menteri pertahanan untuk meluncurkan unit drone komprehensif yang melakukan misi multiguna, termasuk pengawasan, pengintaian, dan perang elektronik, serta menyiapkan sistem untuk memproduksi drone kecil secara massal yang sulit dideteksi dalam setahun.
“Dia juga menyerukan percepatan pengembangan drone siluman tahun ini dan segera membangun sistem pembunuh drone,” katanya.
Tentara Korea Selatan mengoperasikan dua skuadron drone dalam Komando Operasi Daratnya sejak 2018. Namun skuadron tersebut terutama dirancang untuk mempersiapkan perang di masa depan.
Baca Juga: Korea Utara Kembali Tembakkan 3 Rudal Balistik, Begini Respons AS
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, pihaknya berencana untuk meluncurkan unit lain yang berfokus pada fungsi pengawasan dan pengintaian, terutama menargetkan drone yang lebih kecil.
“Unit yang akan datang akan membawa tugas yang sama sekali berbeda, melakukan operasi di berbagai wilayah,” kata Menteri Pertahanan Lee Jong-sup kepada parlemen pekan lalu.
Untuk meningkatkan kemampuan anti-drone, kementerian mengumumkan rencana minggu lalu yang akan menghabiskan dana sebesar 560 miliar won (US$ 440 juta) selama lima tahun ke depan untuk teknologi seperti senjata laser udara dan pengacau sinyal.