kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini yang Harus Dilakukan Bank Indonesia Saat Rupiah Terus Melemah


Selasa, 18 Oktober 2022 / 09:05 WIB
Ini yang Harus Dilakukan Bank Indonesia Saat Rupiah Terus Melemah


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah di pasar spot berada dalam tren pelemahan. Senin (17/10), rupiah spot ditutup melemah 0,39% atau di level Rp 15.487 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, rupiah melemah 0,58% ke Rp 15.480 per dolar AS.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa Bank Indonesia bisa menggunakan alat moneternya ketika rupiah terus mengalami pelemahan. Adapun yang dapat dilakukan adalah mendorong devisa hasil ekspor (DHE) lebih banyak di konversi ke kurs Rupiah terutama devisa pertambangan dan hasil perkebunan.

Selain itu, dalam situasi penguatan dolar terjadi secara berkelanjutan, maka Bhima menyarankan BI untuk mempersiapkan capital control atau syarat bagi eksportir untuk menyimpan hasil ekspor dalam perbankan domestik selama sekurangnya enam hingga sembilan bulan.

Kemudian, BI juga bisa meningkatkan porsi Local Currency Settlement (LCS) dengan penambahan kerjasama negara tujuan ekspor utama menggunakan kurs lokal.

Baca Juga: Pasar Tunggu RDG BI, Rupiah Diprediksi Berlanjut Melemah, Selasa (18/10)

Bhima menilai, sejauh ini antara booming harga komoditas, surplus perdagangan dengan intervensi moneter BI masih campur aduk. Untuk BI sendiri, Bhima mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan masih bisa meredam gejolak. Namun ke depannya, diperlukan kenaikan suku bunga lagi sebesar 50 basis poin (bps) hingga 75 bps jika Rupiah ingin stabil.

"Spread antara imbal hasil surat utang AS (US Treasury) dan Surat Berharga Negara (SBN) di tenor yang sama masih menyempit," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (17/10).

Senada dengan Bhima, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengatakan bahwa BI perlu melakukan open market operation atau pembelian dolar AS untuk menambah rupiah di pasar. Sama dengan Bhima, dirinya juga menyarankan BI untuk mendorong LCS atau mendorong penggunaan mitra dagang atau Rupiah saat melakukan perdagangan.

"Mungkin yang bisa dilakukan oleh BI adalah mendorong adanya DHE. Kemudian yang harus dilakukan adalah melakukan peningkatan suku bunga," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (17/10).

Namun Fikri melihat, mata uang Garuda masih cukup terjaga. Hal ini dikarenakan depresi rupiah saat ini hanya sekitar 7%, sedangkan Indeks dollar AS naik sebesar 17%. Artinya, depresiasi yang terjadi di Rupiah masih relatif terjaga dibanding penguatan dollar AS.




TERBARU

[X]
×