Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Perekonomian Pakistan tengah dalam masalah besar dan membuat beberapa langkah putus asa untuk memastikannya tidak jatuh. Krisis tersebut sangat buruk sehingga telah menjual properti kedutaan besarnya di Washington, dan mengarahkan pusat perbelanjaan, ruang pernikahan, restoran, dan pasar untuk tutup lebih awal untuk menghemat energi (yang sebagian besar dihasilkan dari minyak impor).
Mengutip Business Today, sementara ekonomi negara belum dalam kondisi yang baik selama beberapa tahun terakhir, krisis telah memburuk akhir-akhir ini karena kombinasi dari faktor-faktor seperti pertumbuhan PDB yang minim, meningkatnya inflasi global akibat perang Ukraina, jatuhnya mata uang yang membuat impor lebih mahal, dan penurunan cadangan devisa.
Selain faktor ekonomi, Pakistan juga dilanda banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menyebabkan kehancuran besar-besaran dan berdampak pada 33 juta orang.
Bank Dunia dalam pernyataan penilaiannya yang diterbitkan pada 28 Oktober 2022 menyebutkan kerusakan akibat banjir dan kerugian ekonomi diperkirakan lebih dari US$ 30 miliar (kerusakan US$ 14,9 miliar dan kerugian ekonomi US$ 15,2 miliar).
Pada bulan Oktober, Bank Dunia mengatakan pertumbuhan ekonomi Pakistan diperkirakan hanya mencapai sekitar 2% di 2023. Selain pertumbuhan yang lambat, negara ini juga menghadapi kenaikan harga yang bersejarah dengan lembaga global memprediksi inflasi mencapai 23% karena harga energi yang lebih tinggi, rupee yang lebih lemah, dan gangguan terkait banjir terhadap produksi pertanian.
Baca Juga: Bukan Resesi, Moody's Sebut Bakal Terjadi Slowcession di 2023, Apa Pengertiannya?
Menurut Biro Statistik Pakistan, Pakistan menyaksikan rekor inflasi 24,5% pada bulan Desember.
Bank Dunia dalam laporan utang tahunannya yang diterbitkan baru-baru ini memperkirakan bahwa total utang luar negeri Pakistan mencapai US$ 130,433 miliar pada tahun 2021. Negara tersebut harus membayar utang sebesar US$ 33 miliar pada 2023.
Gubernur Bank Negara Pakistan Jameel Ahmad dalam sebuah podcast pada 8 Desember mengatakan bahwa US$ 20 miliar telah diperhitungkan. Akan tetapi, negara masih perlu mencari dana US$ 13 miliar selama sisa tahun fiskal.