kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.594.000   17.000   1,08%
  • USD/IDR 16.370   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.155   47,14   0,66%
  • KOMPAS100 1.057   5,10   0,48%
  • LQ45 832   4,41   0,53%
  • ISSI 214   1,71   0,81%
  • IDX30 429   2,76   0,65%
  • IDXHIDIV20 512   2,62   0,51%
  • IDX80 121   0,63   0,53%
  • IDXV30 124   0,17   0,14%
  • IDXQ30 141   0,95   0,68%

Investor Bersiap Hadapi Tekanan Berkepanjangan di Pasar Inggris yang Dilanda Utang


Jumat, 17 Januari 2025 / 15:36 WIB
Investor Bersiap Hadapi Tekanan Berkepanjangan di Pasar Inggris yang Dilanda Utang
ILUSTRASI. Para pedagang bekerja di lantai perdagangan di BGC Partners di distrik bisnis Canary Wharf di London, Inggris, 12 September 2016.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  LONDON. Investor yang sebelumnya menikmati pemulihan singkat di pasar Inggris kini harus bersiap menghadapi kerugian lebih lanjut. 

Gejolak yang terjadi pada nilai tukar pound, obligasi pemerintah, dan saham saling memengaruhi, menempatkan Inggris pada risiko menjadi target gelombang serangan dana lindung nilai.  

Dengan meningkatnya biaya pinjaman global yang dipimpin oleh pasar Treasury AS, ekonomi Inggris yang memiliki tingkat utang tinggi dan pertumbuhan rendah kini dinilai rentan terhadap pelarian modal. 

Optimisme sebelumnya, yang muncul usai kemenangan besar Partai Buruh dalam pemilu Juli 2024, mulai pudar karena prospek ekonomi memburuk.  

Baca Juga: Dana Pensiun Korea Selatan Longgarkan Aturan Valas untuk Tekan Efek Pasar

Pound sterling, yang sempat menjadi mata uang utama dengan kinerja terbaik terhadap dolar pada akhir 2024, kini menghadapi volatilitas yang diperkirakan berlangsung selama berbulan-bulan. 

Ketidakstabilan ini turut melemahkan minat pada saham Inggris, memunculkan kekhawatiran baru terhadap rencana pemangkasan suku bunga Bank of England, serta mengancam pertumbuhan ekonomi yang sudah stagnan.  

Indikasi tekanan yang berkepanjangan terlihat dari aktivitas perdagangan opsi dan laporan dari pelaku industri. Spekulan diketahui menumpuk taruhan terhadap pound sterling dan obligasi pemerintah Inggris.  

“Saya tidak yakin tekanan ini akan segera berakhir,” kata Jack McIntyre, manajer portofolio Brandywine Global. 

Baca Juga: Investor Siap Melego Saham Emiten Tekno

McIntyre menyebutkan bahwa memori buruk krisis obligasi dan pound sterling pada 2022 masih membayangi investor. 

Ia mengungkapkan bahwa meski telah mengambil eksposur pada obligasi Inggris untuk memanfaatkan potensi pemangkasan suku bunga, ia tetap melindungi posisinya dengan kontrak yang mengantisipasi penurunan nilai pound sterling, yang kini turun 2,5% terhadap dolar pada bulan ini.  

Pasar yang Kehilangan Daya Tarik

Beberapa bulan lalu, pasar Inggris sempat dipandang sebagai titik stabilitas di tengah kekacauan politik di Prancis. Namun, kondisi kini berbalik drastis. 

Biaya pinjaman jangka panjang Inggris mencapai level tertinggi dalam 27 tahun, sementara indeks FTSE 250, yang berfokus pada pasar domestik, turun hampir 6% sejak Agustus 2024.  

Baca Juga: Investor Global Gencar Masuk ke Pasar Modal

“Inggris lebih rentan terhadap aksi mogok pembeli pasca-Brexit karena aset Inggris tidak lagi menjadi pilihan utama bagi banyak investor global,” ujar Krishna Guha, Wakil Ketua Bank Investasi AS Evercore ISI, melalui email.  

Bank of America turut memperingatkan potensi memburuknya situasi yang dapat memicu pergerakan tidak teratur pada obligasi pemerintah dan pound sterling. Kondisi ini dinilai akan memperburuk sentimen pertumbuhan dan berdampak negatif pada pasar saham.  

Tekanan pada Kebijakan Ekonomi

Lonjakan biaya utang telah menghambat upaya Menteri Keuangan Rachel Reeves untuk mendorong investasi publik. Sementara itu, penurunan nilai pound sterling membuat Bank of England terjepit, karena pemangkasan suku bunga berpotensi memperburuk pelemahan mata uang, sehingga meningkatkan inflasi biaya impor.  

Shahab Jalinoos, Kepala Strategi FX G10 di UBS, menyebutkan bahwa Inggris saat ini berada dalam posisi ekonomi yang rentan. “Sebagai ekonomi dengan pertumbuhan rendah dan suku bunga tinggi, Inggris menghadapi tantangan berat dalam iklim suku bunga global yang meningkat,” ujarnya.  

Ketidakstabilan politik juga kembali menjadi sorotan. Popularitas Partai Reformasi yang dipimpin Nigel Farage meningkat, sementara peringkat pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, mengalami penurunan.  

Baca Juga: Pebisnis Korea Siap Melakukan Ekspansi ke Pasar Indonesia

Liam O'Donnell, manajer portofolio Artemis Fund Management, mengungkapkan bahwa dana lindung nilai kini aktif menjual sterling dan obligasi pemerintah Inggris. 

Aktivitas penjualan pendek ini didukung oleh meningkatnya biaya untuk meminjamkan obligasi pemerintah, yang mencapai 0,3%—hampir dua kali lipat dari rata-rata 10 tahun terakhir, menurut data S&P Global Market Intelligence.  

Namun, tidak semua pihak pesimis. Mario Unali, Kepala Penasihat Investasi di Kairos, menyebut bahwa gelombang pesimisme saat ini membuka peluang. “Saya melihat potensi besar untuk mengambil eksposur di pasar Inggris dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya.  

Dengan tekanan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, investor kini harus mempersiapkan diri menghadapi kondisi pasar Inggris yang penuh tantangan.  

Selanjutnya: Opsen Pajak Tetap Berlaku, Saham Otomotif Tak Lagi Menderu?

Menarik Dibaca: Hujan Guyur Banyak Daerah, Simak Proyeksi Cuaca Besok (18/1) di Jawa Barat



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×