kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Investor khawatir bakal terjadi default di empat perusahaan BUMN China


Selasa, 24 November 2020 / 16:54 WIB
Investor khawatir bakal terjadi default di empat perusahaan BUMN China
ILUSTRASI. Kontainer disusun menunggu untuk dikirim oleh kapal kargo di sebuah pelabuhan di kota Wuhan, ibukota provinsi Hubei, China, Kamis (30/4/2020). China Images via Reuters


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  SHANGHAI. Serangkaian kegagalan penerbitan obligasi atau biasa dikenal dengan istilah default oleh perusahaan milik negara (BUMN) China telah mengirimkan gelombang kejut di negara dengan pangsa pasar kredit terbesar kedua di dunia tersebut. 

Beberapa obligasi juga bernasib lebih buruk daripada yang lain lantaran investor memilih untuk menghindari potensi ledakan berikutnya. Di antaranya yang paling merugi antara lain obligasi yang diteritkan oleh Pingdinshan Tianan Coal Mining Co, Jizhong Energy Group Co, Tianjin TEDA Investment Holding Co, dan Yunnan Health & Culture Tourism Holding Group. 

Dilansir dalam artikel Bloomberg, Selasa (24/11) meskipun tidak ada perusahaan yang melewatkan pembayaran hutang, dan empat perusahaan itu mendapat peringkat AAA oleh perusahaan pemeringkat domestik di China, obligasi mereka telah jatuh setidaknya 14% sejak 10 November 2020 lalu. 

Kala itu, kegagalan paling mengejutkan terjadi di produsen batubara milik China. Keraguan investor mulai bermunculan, terutama pada perusahaan peminjam atau debitur yang didukung pemerintah.

Baca Juga: Luhut sebut sejumlah kontrak diteken dalam mengembangkan baterai untuk mobil listrik

"Kali ini sebagian besar obligasi perusahaan dalam negeri paling terpukul. Gejalanya juga sama, profitabilitas mereka jauh di belakang pertumbuhan utang mereka," kata Li Yunfei, analis kredit di Pacific Securities Co. 

Dia juga menambahkan, penetapan harga beberapa obligasi dalam negeri, meskipun terjadi secara tiba-tiba dan cepat adalah hasil rasional dari default yang baru-baru ini terjadi. 

Pingdingshan Tianan Coal pun mengatakan, perusahaan mereka mengetahui penurunan nilai di beberapa obligasi, namun mereka menolak berkomentar lebih lanjut. Pejabat yang bertanggung jawab atas keterbukaan informasi dari Yunnan Health & Culture Tourism juga menolak untuk mengomentari perihal tersebut. 

Salah satu sumber Bloomberg di Departemen Penerbitan Obligasi Tianjin Teda Investment juga menolak berkomentar. Begitu pula permintaan komentar dari Jizhong Energy. 

Baca Juga: Bisnis Elektronik Tertahan Izin Impor, Pengusaha AC Belum Terima Persetujuan Impor

Beberapa hal yang dikhawatirkan investor antara lain, untuk Pingdingshan Tianan Coal utamanya diakibatkan gagal bayar pada 10 November oleh Yongcheng Coal & Electricity Holding Group. Padahal setelah itu pihak perusahaan mengadakan pertemuan untuk meredakan kekhawatiran investor menyusul penurunan obligasi dan mengirimkan dana untuk melunasi obligasi jatuh tempo sebesar US$ 76 juta.

Investor tetap tidak mau ambil risiko, terutama melihat kondisi likuiditas perusahaan. Perusahaan ini dinilai menggunakan aset likuid untuk memenuhi kewajiban utang jangka pendek, tercermin dari rasio yang turun menjadi 0,6 per September 2020 dari posisi tahun lalu 0,69 menurut data Bloomberg. Umumnya rasio di level 1 atau lebih, biasanya dianggap sehat. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×