Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
Sementara untuk produsen batubara terbesar milik negara China yakni Jizhong Energy telah mengalami kerugian bersih selama delapan tahun berturut-turut sejak tahun lalu. Total utangnya, yang sebagian besar berjangka pendek, melonjak 102% menjadi ¥ 165,7 miliar antara 2012 dan 2019. Menurut data Bloombeg, rasio utangnya turun menjadi 0,48 pada akhir Juni 2020 dari 0,57 di tahun sebelumnya.
Lalu, Tianjin TEDA Investment sebagai perusahaan pembiayaan negara China juga menghadapi tekanan pendanaan. Rasionya saat ini ada di level 0,49 pada Juni 2020 dibandingkan dengan 0,46 pada akhir 2019 menurut data Bloombeg. Perusahaan juga punya obligasi jatuh tempo senilai ¥ 17,6 milair pada akhir 2021.
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) Masuk Usaha Jalan dan Jembatan
Pada bulan September 2020 lalu, majalah Caixin pun melaporkan bahwa pemerintah kota Tianjin telah mengadakan pertemuan dengan berbagai lembaga keuangan lokal untuk membahas dukungan ke perusahaan yang berutang. Hal ini praktis memicu kekhawatiran bagi investor.
Yunnan Health & Culture Tourism di sisi lain lebih aman. Tapi, perusahaan ini tengah diubah peta bisnisnya untuk fokus pada pariwisata budaya dan layanan kesehatan dari proyek pembangunan infrastruktur. Akan tetapi, proyek itu masih menunggu suntikan lebih lanjut dari Pemerintah setempat untuk ekspansi. Setelah sebelumnya mendapat suntikan sebesar ¥ 16 miliar pada akhir Oktober 2020.
Akibat ketidakpastian ini, Fitch Ratings pun telah menurunkan peringkatnya menjadi BBB- dari BBB ke empat perusahaan tersebut. Sedangkan China Lianhe Credit Rating Co tetap mempertahankan peringkat AAA pada perusahaan tersebut di bulan Oktober 2020.