Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Catur Ari
Berbekal kemampuan berbahasa dan bernegosiasi, selepas kuliah Iskander Makhmudov pun memberanikan diri untuk bekerja di Libia dan Irak. Makhmudov berpikir, dengan bekerja di kedua negara itu, ia dapat memperluas dan menjalin relasi dengan orang-orang berpengaruh di Timur Tengah. Pemilik Ural Mining and Metallurgical Company ini pun berhasil menjadi penghubung bisnis yang andal antara pebisnis asal Uni Soviet dengan pengusaha Timur Tengah.
Kesuksesan Iskander Makhmudov menjadi pemain penting dalam bisnis tembaga tentu saja tidak diraih dengan mudah. Ilmu yang diperolehnya saat duduk di bangku kuliah pun belum cukup mendukung keinginannya untuk menjadi seorang pebisnis kelas atas, tanpa keberanian untuk mencari pengalaman hidup.
Lahir di Bukhara, wilayah Uzbekistan saat ini, pada 5 Desember 1963, Makhmudov besar dalam sebuah lingkungan keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang kontraktor. Sang ibu seorang pengajar bahasa asing di universitas lokal. Keinginan Makhmudov kecil untuk meraih kesuksesan sebagai pebisnis pun tidak terlepas dari dorongan ayahnya, Jahangir.
Hidup di wilayah jajahan Rusia, yang dulu bernama Uni Soviet, Makhmudov memahami bahwa untuk menjadi seorang pengusaha sukses, faktor penguasaan bahasa sangat penting. Mengingat wilayah Uni Soviet sangat luas dan meliputi pelbagai macam etnis, ia pun memilih kuliah di jurusan studi oriental dengan spesialisasi bahasa Arab dan Persia.
Selama berkuliah di Universitas Tashkent, Makhmudov juga aktif berhubungan dengan organisasi militer. Ia pun sudah pernah mendapatkan pelatihan untuk bekerja di Timur Tengah.
Pada periode itu, Uni Soviet sedang bersaing ketat dengan Amerika Serikat menyuplai senjata ke negara-negara di kawasan Timur Tengah. Berkat penguasaan bahasa Arab yang baik, Makhmudov pun mulai mendapatkan kepercayaan dari organisasi militer di Uni Soviet.
Selepas bangku kuliah, ia mulai bekerja di Libia dan Irak. Di kedua negara itu, dengan cepat Makhmudov meraih sukses di penjualan senjata dan konstruksi.
Berkat keahliannya dalam berbahasa Arab dan Persia, ia juga memiliki hubungan yang erat dengan para pejabat negara di Uni Soviet maupun di negara-negara Timur Tengah. Hubungan inilah yang kelak menjadi faktor penting Makhmudov dalam berbisnis, mengingat banyak pejabat militer di Timur Tengah yang juga punya bisnis khususnya di bidang baja dan tembaga.
Hubungannya dengan para pebisnis semakin akrab ketika ia bergabung dalam Uzbekintorg. Ini adalah sebuah organisasi Uzbek yang mengurusi perdagangan internasional.
Makhmudov bahkan mulai dikenal sebagai salah satu penghubung bisnis andal yang menyatukan pengusaha Uni Soviet dengan negara-negara Timur Tengah dan tentunya negara-negara di wilayah Asia Tengah. "Pengetahuan mengenai karakter orang-orang Timur Tengah yang saya peroleh di bangku kuliah memang sangat membantu," ujarnya.
Selain didukung oleh kemampuan berbahasa, Makhmudov juga dikenal dengan kelihannya berdiplomasi dan bernegosiasi. Tentu saja, talenta yang satu ini sangat mendukung aktivitasnya dalam menjalin kerja sama dengan banyak relasi bisnis yang tergabung dalam Uzbekintorg.
Namun, ia juga sempat mengalami kendala. Saat Makhmudov masih muda, sang ibu keberatan dengan bermacam aktivitasnya di organisasi militer. Maklum, saat itu, Makmudov memang terlihat sangat aktif di pelbagai kegiatan organisasi tersebut.
Apalagi, kondisi dunia pada saat itu sedang dalam masa perang dingin antara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dikomandoi Uni Soviet. Namun, Makhmudov berhasil meyakinkan ibunya setelah ia memberi alasan yang cukup masuk akal. Yakni, satu-satunya jalan untuk meraih kesuksesan adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan para pebisnis yang mayoritas bergerak di bidang usaha penjualan senjata.
(Bersambung)