kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jadi mata-mata China di AS, warga Singapura dituntut 10 tahun penjara


Minggu, 26 Juli 2020 / 04:45 WIB
Jadi mata-mata China di AS, warga Singapura dituntut 10 tahun penjara


Sumber: CNN | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Seorang warga Singapura yang tinggal di Washington DC dituntut hukuman penjara 10 tahun di Amerika Serikat (AS) setelah ia mengaku bersalah telah menjadi agen intelejen ilegal untuk China.

Jun Wei Yeo, juga dikenal sebagai Dickson Yeo, bekerja untuk intelijen China selama empat tahun atau lima tahun. Ia merekrut orang Amerika dengan akses ke informasi sensitif melalui internet dan menugaskan mereka untuk menulis laporan, yang kemudian ia sampaikan ke Beijing.

"Pemerintah Cina menggunakan serangkaian duplikasi untuk mendapatkan informasi sensitif dari orang Amerika yang tidak menaruh curiga," kata Asisten Jaksa Agung Amerika Serikat John Demers dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: China perintahkan penutupan, staf Konsulat AS di Chengdu mulai kosongkan kantor

"Yeo adalah inti dari satu skema seperti itu, menggunakan situs jejaring karier dan perusahaan konsultan palsu untuk memikat orang Amerika yang mungkin menarik bagi pemerintah Cina. Ini adalah contoh lain dari eksploitasi pemerintah China terhadap keterbukaan masyarakat Amerika," imbuhnya seperti dikutip CNN.

AS memang sedang menangkapi orang-orang yang ekerja untuk Tiongkok di AS.

Pada Jumat lalu, seorang ilmuwan yang memiliki hubungan militer dengan China menyerahkan diri kepada pihak berwenang AS.

Penangkapan itu menyusul penutupan konsulat China di Houston, yang dikaitkan Washington dengan operasi spionase dan pencurian hak kekayaan intelektual.

Langkah itu memicu reaksi besar dari Beijing, yang telah memerintahkan penutupan konsulat AS di Chengdu, yang juga dituduh sebagai pusat operasi mata-mata.

Konsultasi palsu

Menurut jaksa penuntut, Yeo direkrut oleh intelijen China selama perjalanan ke Beijing sekitar tahun 2015, ketika ia belajar untuk mendapatkan gelar doktor dari Universitas Nasional Singapura.

Dia ditawari uang sebagai ganti laporan politik dan informasi, dan kemudian diminta untuk menandatangani kontrak dengan militer China, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Setelah dia tidak menandatangani kontrak, Yeo terus bekerja dengan agen intelijen China, yang semakin meminta dia fokus pada mendapatkan "informasi non-publik" dari AS, seperti kecerdasan buatan dan perang dagang AS-China yang sedang berlangsung.

Yeo bertemu dengan para mentor intelijennya puluhan kali, dan ketika dia melakukan perjalanan ke China untuk pertemuan-pertemuan ini dia secara teratur dikeluarkan dari jalur bea cukai dan dibawa ke kantor terpisah untuk masuk ke negara itu.

Yeo mengatakan kepada jaksa penuntut, ia masuk ke China tanpa lewat jalur bea cukai untuk menyembunyikannya identitas ketika ia bepergian ke China.

Yeo membuat situs web konsultasi palsu dan mulai meminta resume, menerima ratusan, termasuk banyak dari militer AS dan personil pemerintah dengan izin keamanan, yang akan ia sampaikan kepada para agen China.

Baca Juga: Tegang, sekelompok orang didampingi pejabat AS paksa masuk Konsulat China di Houston




TERBARU

[X]
×