Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Japan Airlines Corp, maskapai penerbangan Asia terbesar dari segi penjualan, meminta para pekerjanya untuk mengambil program yang ditawarkan perusahaan yakni cuti tanpa dibayar (unpaid leave). Langkah ini diambil dikarenakan unit internasional Japan Airlines mengalami penurunan permintaan untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.
Japan Airlines International Co yang saat ini memiliki sekitar 16.200 karyawan, menawarkan kepada kru pesawat, kru kokpit dan staf darat di Jepang untuk mengajukan cuti tanpa dibayar pada satu hingga dua bulan yang dimulai pada bulan depan. Sayang, Juru Bicara Japan Airlines Stephen Pearlman menolak menyebutkan berapa banyak karyawan yang diharapkan mengambil cuti tersebut.
Menurut Pearlman, perusahaan terpaksa mengambil langkah ini setelah jumlah penumpang Japan Airlines pada bulan November lalu merosot 17,6%. Angka tersebut merupakan yang terparah sejak menyebarnya wabah SARS dan flu burung pada 2003 silam. Tahun lalu, langkah ini juga sudah dilakukan oleh maskapai asal Hongkong, Cathay Pacific Airways Ltd.
“Maskapai tidak mampu bertahan dengan penurunan permintaan. Anjloknya perekonomian global memberikan dampak besar,” kata Mitsushige Akino dari Ichiyoshi Management Co.
Presiden Haruka Nishimatsu juga berencana memangkas 13% stafnya di beberapa unit sebagai upaya untuk penghematan. Apalagi dalam tiga tahun belakangan, perusahaan sudah mengalami kerugian yang cukup besar.
Japan Air juga memangkas prediksi pendapatan operasional di bulan November sebesar 44% menjadi 28 miliar yen atau US$ 315 juta untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Maret. Rencananya, maskapai yang sering dikenal sebagai JAL, juga akan mengumumkan pendapatan kuartal akhir pada 6 Februari mendatang.
“Yang menjadi faktor utama adalah penurunan permintaan. Akan ada penurunan jumlah mereka yang menggunakan transportasi udara selama bulan Februari dan Maret,” kata Pearlman.