kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang 1 Tahun Invasi Rusia, Dubes Ukraina Minta Indonesia Berpihak pada Kemanusian


Jumat, 10 Februari 2023 / 12:26 WIB
Jelang 1 Tahun Invasi Rusia, Dubes Ukraina Minta Indonesia Berpihak pada Kemanusian
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin di kantor Kedubes Ukraina, Jakarta Selatan, Kamis (3/3/2022).


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Duta Besar Republik Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menjelang peringatan setahun agresi Rusia meminta masyarakat Indonesia untuk berpihakan kepada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan universal.

“Kami tidak membutuhkan orang Indonesia berpihak pada Ukraina, berpihak pada kemanusiaan dan keadilan universal saja. Maka Anda akan tahu bagaimana bersikap ketika misalnya rumah Anda dirampok,” tutur Doktor Ilmu Sejarah itu, dalam siaran pers, Jumat (10/2).

Pada 24 Februari 2022, Rusia menyerbu Ukraina, yang menandai eskalasi besar perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 2014. Invasi ini memaksa sepertiga penduduk Ukraina untuk berpindah dan menyebabkan 7 juta orang Ukraina meninggalkan negaranya, yang memicu krisis pengungsi Eropa yang paling cepat tumbuh sejak Perang Dunia II.

Baca Juga: Militer AS, Inggris, dan Australia Menggelar Simulasi Perang dengan China di Udara

Sebelumnya pada 2014, Rusia menyerbu dan menganeksasi Krimea, dan separatis yang didukung oleh Rusia menyita sebagian wilayah Donbas di Ukraina tenggara, yang terdiri atas oblast Luhansk dan Donetsk, yang memicu perang regional. 

Sebelum invasi tahun 2022, sejak 2021, Rusia yang dipimpin Vladimir Putin memulai penumpukan militer skala besar pada batas Rusia-Ukraina sebelum melancarkan “operasi militer khusus” yang ditujukan untuk melakukan “demiliterisasi dan denazifikasi”.

Menurut Vasyl Hamianin konflik yang ditimbulkan Rusia itu jelas mengakibatkan krisis yang sangat serius secara global terutama adalah krisis kepercayaan terhadap upaya diplomasi antar negara.

“Karena bagaimana bisa kita percaya diplomasi atau PBB ketika salah satu anggota penuh Dewan Keamanan, negara nuklir terbesar menginvasi negara independen dan merdeka yakni Ukraina,” tuturnya. 

Menurut dia, bangsa Ukraina sejak setahun terakhir tidak saja berjuang demi kemerdekaan wilayah Ukraina. Bangsa Ukraina berjuang demi demokrasi, keadilan dan kemanusiaan global. Alasan kuat tersebut karena banyak negara yang terlibat. 

Baca Juga: Proyek Smelter Dibayangi Kendala Pendanaan Eksternal

“Kondisi ini membuat ada tudingan bahwa Ukraina adalah sekadar boneka dari negara Barat. Bahwa kini Rusia yang melakukan invasi kini berperang melawan NATO yang secara massif disebarkan melalui mesin propaganda Moskow,” tuturnya.   

Dr. Vasyl Hamianin sangat memahami suara-suara sumbang tersebut karena Rusia putus asa karena mereka kalah dalam perang. Namun faktanya, hingga kini tidak ada satupun tentara dari negara NATO yang berperang di Ukraina saat ini. 

“Apakah Ukraina adalah boneka? Maka kita harus kembali pada peristiwa tanggal 24 Februari 2022. Rusia mengklaim akan mampu menguasai Kyiv dalam tiga hari atau seminggu. Presiden dan pemerintah kita ditawari untuk mengungsi ke Eropa. Dan Presiden kita menjawab: Kita punya senjata, kita akan melawan! Apakah ini perilaku boneka?” tanyanya. 

Baca Juga: Delegasi Ukraina Memandang Indonesia Sebagai Mitra Ekonomi yang Strategis

Dengan fakta yang sudah diketahui banyak masyarakat Indonesia, bangsa Ukraina tidak menuntut banyak dukungan dari bangsa Indonesia. Cukup simpati kepada warga sipil dan tentara yang menjadi korban invasi Rusia. 




TERBARU

[X]
×