Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyebut negara-negara muslim harus bersatu untuk melindungi diri terhadap ancaman eksternal.
Pernyataan ini diungkapkan setelah pembunuhan jenderal Iran Qassem Soleimani yang disebutnya sebagai tindakan tindakan tak bermoral.
Baca Juga: Tak cuma kekuatan militer, Iran bisa balas dendam ke Amerika lewat serangan siber
Perdana menteri tertua di dunia ini juga mengatakan serangan drone AS terhadap Soleimani bertentangan dengan hukum internasional.
Pembunuhan Soleimani di Baghdad pada Jumat lalu sendiri telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Mahathir mengatakan hal itu juga dapat menyebabkan eskalasi yang menyulut.
"Waktunya tepat bagi negara-negara muslim untuk berkumpul," kata Mahathir seperti dikutip Reuters.
“Kita tidak lagi aman sekarang. Jika ada yang menghina atau mengatakan sesuatu yang tidak disukai seseorang, tidak apa-apa bagi orang dari negara lain untuk mengirim drone dan mungkin menembaki saya," ujar dia.
Baca Juga: Hubungan memanas, AS tolak visa Menlu Iran untuk hadiri acara PBB di New York
Sekitar 50 orang termasuk wanita yang mengenakan burqa berkumpul di luar kedutaan Iran di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, untuk mengkritik langkah Amerika.
Mahathir sendiri telah berusaha mempertahankan hubungan baik dengan Iran meskipun ada sanksi AS terhadap negara Timur Tengah tersebut. Sementara diperkirakan 10.000 warga negara Iran tinggal yang tinggal di Malaysia.
Pada bulan lalu, Mahathir juga menjamu Presiden Iran Hassan Rouhani di sebuah konferensi para pemimpin muslim di Malaysia di mana mereka membahas peningkatan bisnis, perdagangan mata uang dan bersaing dengan negara-negara non-muslim.
Komentar Mahathir baru-baru ini tentang perlakuan terhadap muslim di India dan kritiknya terhadap Organisasi Kerjasama Islam yang berbasis di Arab Saudi telah merusak hubungan Malaysia dengan New Delhi dan Riyadh.
Baca Juga: Respons Kepala Pentagon soal desakan pasukan AS keluar dari Irak
"Aku berbicara yang sebenarnya," kata Mahathir.
"Kamu melakukan sesuatu yang tidak benar, aku pikir aku punya hak untuk berbicara," katanya.