Reporter: Dyah Megasari, Reuters, Bloomberg |
TOKYO. Jepang terlihat kewalahan membendung pergerakan yen yang terus menguat. Menteri Keuangan Jepang, Jun Azumi kembali menyampaikan kekhawatirannya mengenai aksi spekulan yang terus mengakibatkan penguatan nilai tukar yen. Sebelumnya, Ia pernah menyampaikan pada pasar bahwa Jepang akan melakukan tindakan ekstrem untuk melemahkan yen. Namun, pasar hanya meresponsnya sesaat saja.
Azumi akan menyodorkan isu penguatan yen ini di pertemuan G20 yang akan diselenggarakan pekan depan. Tetapi, para pengamat menganggap intervensi tersebut akan sulit dilaksanakan karena harapan pelaku pasar sangat besar dan justru telah diantisipasi.
Jepang diperkirakan tak akan mendapat dukungan sekuat intervensi gabungan mengingat mayoritas negara tengah berkutat dengan masalah keuangan masing-masing. Di saat yang bersamaan, Azumi menyambut baik langkah Bank of Japan (BoJ) yang akan menaikkan jumlah dana pembelian aset-aset menjadi 55 triliun yen.
Meskipun, langkah tersebut tidak diyakini bisa menjatuhkan yen. Sebab, hal itu tak berarti apa-apa jika tidak dibarengi oleh upaya intervensi langsung dari Kementerian Keuangan Jepang.
Pada sidang BoJ pada Oktober ini, otoritas moneter Jepang memangkas gross domestic product (GDP) 2012 menjadi 2,2% dalam basis tahunan dari yang sebelumnya 2,9%. Tapi, bank sentral juga tetap menghitung risiko deflasi yang tetap menjadi ancaman.
Gubernur BoJ, Masaaki Shirakawa menyatakan bahwa penguatan yen akhir-akhir ini berdampak buruk pada sentimen pelaku bisnis dan juga nilai ekspor. "Kepemilikan di safe haven terus meningkat seiring ketidakpastian ekonomi global," tuturnya.
"Secara teknikal, sebaiknya pelaku mewaspadai posisi RSI yang sudah over bought. Hal ini mengindikasikan harga rentan terkoreksi dari penguatan tajamnya akhir-akhir ini," tutur Ahim, Analis Valbury Asia Futures.