Sumber: The Straits Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Tindakan "darurat semu" yang lebih ringan akan diberlakukan di prefektur Hokkaido, Ishikawa, Kyoto, Hyogo, dan Fukuoka, juga mulai Senin depan hingga 31 Agustus.
Sebagian besar kasus baru, berpusat di empat prefektur Tokyo Raya yaitu Tokyo, Chiba, Kanagawa dan Saitama, yang menjadi tuan rumah sebagian besar acara Olimpiade. Data Kamis menunjukkan, empat prefektur secara kolektif menyumbang 6.469 kasus - atau 60,5% dari total.
Dr Norio Ohmagari dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperingatkan bahwa pertumbuhan eksplosif saat ini dalam kasus di Tokyo belum pernah terjadi sebelumnya.
Bahkan perkiraan kasus terburuk dengan pemodelan komputer awal bulan ini menunjukkan bahwa Tokyo akan melebihi 3.000 kasus hanya pada awal Agustus. Tetapi 3.865 kasus pada hari Kamis menandai hari kedua berturut-turut Tokyo telah melampaui 3.000 infeksi.
Baca Juga: Meski kasus Covid-19 melonjak, pemerintah Jepang menolak hentikan Olimpiade Tokyo
Pakar kesehatan masyarakat Universitas Kyoto Hiroshi Nishiura, mantan penasihat pemerintah yang sekarang menjadi salah satu pendukung paling vokal agar Olimpiade dihentikan, mengatakan bahwa peningkatan pada tingkat saat ini akan menyebabkan lebih dari 10.000 kasus per hari di Tokyo saja pada tahun depan.
Salah satu kebijakan utama pemerintah untuk mengekang infeksi adalah pemberlakuan jam malam pada jam 8 malam untuk layanan makan di tempat, serta larangan penjualan alkohol sepanjang hari di area darurat.
Namun, Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato mengatakan pada konferensi pers reguler pada hari Kamis bahwa ribuan bisnis di Tokyo mengabaikan pedoman ini. Melanggar aturan akan dikenakan denda hingga 300.000 yen (S$3.700).
Dr Takaji Wakita, direktur jenderal Institut Nasional Penyakit Menular, mengatakan: "Pemerintah telah gagal meyakinkan orang tentang urgensi atau menyampaikan bahwa layanan medis umum berada di ambang krisis."