Reporter: Dyah Megasari, Bloomberg |
SHANGHAI. Jepang melakukan perundingan dengan China mengenai rencana pembelian obligasi milik Beijing. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Jun Azumi.
Jepang ingin melakukan diversifikasi kepemilikan valuta asing dengan memanfaatkan China sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
"Kami pikir hal itu sangat menguntungkan bagi kedua negara untuk berinvestasi satu sama lain," jelas Azumi. Wacana Jepang membeli surat utang berdenominasi yuan datang saat investor mencari alternatif investasi dari obligasi AS dan Eropa. AS kehilangan status rating AAA nya di Standard & Poor pada Agustus 2011.
Tapi Jepang mengaku tak berniat meninggalkan dollar AS ataupun euro. “Kami hanya menambah porsi yuan,” terang Azumi.
Saat ini, jepang memiliki cadangan devisa berupa valuta asing sebesar US$ 1,22 triliun. Merupakan cadangan terbesar kedua setelah China. Pemerintah jepang belum memiliki keputusan akhir mengenai rencana ini.
"Ini merupakan kemajuan bagi yuan yang ingin go internasional," ulas Liu Dongliang, analis senior di Shenzhen China Merchants Bank Co. Menurutnya, niat investasi Jepang menunjukkan aset berdenominasi yuan menjadi lebih menarik.
Ia memperkirakan, Jepang hanya memiliki kuota yang sangat kecil mengingat Beijing terkenal sangat ketat terhadap investasi asing ke negerinya.
Spekulasi yang berkembang di pasar adalah Jepang mencari alternatif investasi setelah perekonomian global tertutup oleh suku bunga AS dan Eropa yang sangat rendah.