Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Japan kemungkinan akan mencapai herd immunity Covid-19 pada bulan Oktober mendatang, atau beberapa bulan setelah Olimpiade Tokyo dilaksanakan. Herd immunity yang akan dicapai ini diprediksi akan terjadi sebagai akibat terlambatnya proses vaksinasi massal secara nasional.
Jika perkiraan tersebut benar, maka ini bisa menjadi pukulan berat bagi pemerintahan Perdana Menteri Yoshihide Suga yang selama ini memang dikerap kritik karena terlalu lambat mengambil sikap.
Firma riset asal Inggris Airfinity yang memprediksi hal ini pun turut mengungkapkan bahwa Jepang telah terlambat dalam menangani masalah pandemi.
"Mereka bergantung pada impot banyak vaksin dari AS. Dan saat ini, sepertinya tidak mungkin mereka akan mendapatkannya dalam jumlah yang besar, misalnya, dari Pfizer," ungkap Rasmus Bech Hansen, founder Airfinity, kepada Reuters.
Hansen mengatakan Jepang tidak akan mencapai tingkat inokulasi 75% yang merupakan tolok ukur herd immunity sebelum bulan Oktober. Artinya, pada masa penyelenggaraan Olimpiade, Jepang masih dalam keadaan yang cukup rawan.
Baca Juga: Pfizer mengurangi pasokan vaksin Covid-19 di Kanada & Eropa karena masalah produksi
Reuters melaporkan bahwa Jepang telah mempersiapkan diri untuk membeli hingga 314 dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer, Moderna dan AstraZeneca, dan itu akan lebih dari cukup untuk 126 juta populasi mereka.
Yang menjadi masalah adalah, Jepang kemungkinan tidak akan menerima pasokan vaksin tersebut tepat waktu. Apa lagi jika melihat sejumlah kasus keterlambatan serta pemotongan jumlah pasokan terjadi di beberapa negara.
Taro Kono, kepala program vaksin Jepang, mengatakan pekan lalu akan memulai suntikan pertama pada Februari, dimulai dengan 10.000 pekerja medis. Sayangnya, Jepang mungkin akan menahan program ini demi mempertahakan pasokan vaksin hingga bulan Juni.
Pfizer mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sedang berupaya untuk meningkatkan kapasitas untuk memenuhi permintaan global, yang bertujuan untuk membuat sekitar 2 miliar dosis vaksin pada tahun 2021.