Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - OTTAWA. Perusahaan farmasi Pfizer pada hari Selasa (19/1) mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi pasokan vaksin Covid-19 ke Kanada mulai pekan depan.
Dilansir dari Reuters, perlambatan produksi akan terjadi pada akhir Januari hingga awal Februari karena adanya perubahan kebijakan dalam proses manufaktur. Bukan hanya Kanada, gangguan ini juga akan berdampak pada negara-negara Uni Eropa.
Kanada sendiri sudah memprediksi bahwa pasokan vaksin mereka akan dikurangi oleh Pfizer. Namun Mayor Jenderal Deny Fortin, yang membantu mengatur kampanye inokulasi, meyakinkan bahwa pemotongan pasokan akan ditunda hingga Februari.
"Efeknya di pekan depan akan lebih parah, lebih parah dari yang perkirakan sebelumnya. Ini akan berdampak besar di semua 10 provinsi," ungkap Fortin kepada Reuters.
Fortin menjelaskan bahwa Pfizer sampai saat ini masih tetap berusaha memenuhi komitmennya untuk menyediakan hingga 4 juta dosis vaksin ke Kanada hingga akhir Maret.
Baca Juga: Vaksin corona Sinovac sudah terkirim ke seluruh daerah di Indonesia
Di Eropa, pemerintah negara-negara Eropa minggu lalu mengatakan cukup kecewa atas masalah yang dialami Pfizer. Mereka menilai kini kredibilitas program vaksinasi mereka terancam.
Menteri Pengadaan Kanada Anita Anand juga mengatakan bahwa keputusan yang diambil Pfizer kali ini cukup mengecawakan. Meski demikian, ia yakin bahwa nantinya Kanada akan diperlakukan dengan adil terkait pasokan vaksin.
"Pfizer Kanada telah meyakinkan kita bahwa kita akan mendapatkan jatah penuh dan saya percaya Eropa juga akan menerima jatah penuhnya," ungkapnya.
Dalam penjelasan terpisah, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan kepada warga Kanada untuk tidak bepergian ke luar negeri untuk sementara. Jika kondisi memburuk, otoritas Ottawa bisa saja memberlakukan tindakan tegas tanpa peringatan.
Kanada saat ini masih berjuang melawan serangan gelombang kedua virus corona yang dirasakan menyebar semakin cepat. Sejauh ini Kanada telah melaporkan total 18.120 kematian dan 715.072 kasus infeksi.