Sumber: Sputnik News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BAKU. Konflik Azerbaijan-Armenia masih terus bergejolak hingga akhir pekan lalu. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengumumkan pihaknya bersedia melakukan gencatan senjata jika pihak lawan memenuhi satu syarat.
Dilaporkan oleh Sputnik News (4/10), Aliyev kepada media Al-Arabiya menyampaikan satu syarat penting demi tercapainya gencatan senjata, yaitu penarikan pasukan.
"Syarat gencatan senjatan kami adalah bahwa Armenia harus mengusulkan agenda sementara untuk penarikan pasukan dari wilayah Nagorno-Karabakh, Laksanakan dengan perbuatan, umumkan dengan jelas di wilayah mana dan hari apa," ungkap Ilham Aliyev.
Aliyev melanjutkan, ia benar-benar berharap bahwa konflik Azerbaijan-Armenia bisa diselesaikan melalui dialog, sayangnya belum ada landasan untuk melakukan itu.
Sang presiden menyayangkan sikap Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, yang dinilai tidak patuh pada kesepakatan sebelumnya yang menyatakan bahwa wilayah Nagorno-Karabakh diakui sebagai wilayah Azerbaijan.
"Kami akan mencoba memulihkan hubungan normal degan orang-orang Armenia setelah pembebasan wilayah pendudukan kami. Kami akan mencoba untuk kembali ke hubungan bertetangga yang baik, meskipun itu tidak akan mudah," lanjut Aliyev.
Baca Juga: Inilah pasukan asing yang diduga terlibat perang Armenia vs Azerbaijan di Karabakh
Pada kesempatan yang sama, Aliyev juga menuntut permintaan maad dari Presiden Prancis Emmanuel Macron atas klaim bahwa jihadis Suriah telah diusung ke wilayah konflik Nagorno-Karabakh dan melakukan operasi militer khusus di bawah kontrol Azerbaijan.
"Tidak ada tentara bayaran. Kami memiliki 100.000 tentara. Saya menuntut Prancis meminta maaf dan menunjukkan tanggung jawab," kata Aliyev.
Sejak awal bentrokan pekan lalu, Armenia menuduh Turki mengirim tentara bayaran dari Suriah utara untuk berperang bersama pasukan Azerbaijan. Pada Jumat (2/10), Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengatakan ke surat kabar Perancis Le Figaro, bahwa Turki telah "memberangkatkan ribuan tentara bayaran dan teroris" ke Azerbaijan dari Suriah utara.
Presiden Prancis Emmanuel Macron ikut memberikan komentar, menuntut Turki menjelaskan apa yang dikatakannya sebagai kedatangan pasukan milisi di Azerbaijan. "Garis merah telah dilintasi, yang tidak dapat diterima," ucap Macron.