Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank investasi global JPMorgan Chase & Co. memproyeksikan bahwa harga Bitcoin (BTC) berpotensi naik hingga mencapai sekitar US$170.000 dalam enam hingga dua belas bulan mendatang, jika kondisi pasar saat ini tetap stabil.
Prediksi tersebut tertuang dalam laporan terbaru JPMorgan yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou, Managing Director sekaligus analis strategi pasar kripto senior di bank tersebut.
Koreksi Tajam dan Penurunan Leverage di Pasar Derivatif
Dalam analisisnya, JPMorgan menilai bahwa koreksi harga Bitcoin baru-baru ini—turun hampir 20% dari puncak sebelumnya—telah disertai dengan penurunan leverage yang signifikan di pasar derivatif.
Tim analis menunjuk pada gelombang likuidasi besar pada 10 Oktober, yang disebut sebagai yang terbesar sepanjang sejarah untuk kontrak berjangka abadi (perpetual futures) Bitcoin.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Amerika Menuju Marxisme, Serukan Investasi Bitcoin
Beberapa minggu kemudian, 3 November, terjadi gelombang likuidasi kedua yang mengikuti insiden peretasan protokol Balancer senilai lebih dari US$120 juta. Menurut JPMorgan, dua peristiwa tersebut mengguncang kepercayaan investor namun sekaligus membersihkan posisi leverage berlebihan yang sempat menumpuk sejak awal Oktober.
“Secara keseluruhan, kami menilai bahwa kontrak berjangka abadi (perpetual futures) merupakan instrumen paling penting untuk diperhatikan saat ini. Stabilitas harga belakangan ini menunjukkan bahwa proses deleveraging di pasar futures kemungkinan telah berakhir,” tulis tim analis dalam laporannya.
Lebih lanjut, JPMorgan mencatat bahwa rasio open interest kontrak berjangka Bitcoin terhadap kapitalisasi pasar kini telah kembali ke level rata-rata jangka panjang, menunjukkan keseimbangan baru setelah tekanan likuidasi.
Bitcoin Dinilai Masih Undervalued Dibanding Emas
Dalam laporan yang dikutip analis ETF senior Bloomberg, Eric Balchunas, melalui platform X pada 6 November 2025, JPMorgan menegaskan bahwa Bitcoin saat ini dinilai undervalued dibanding emas secara historis.
Bank tersebut menyebut bahwa rasio volatilitas Bitcoin terhadap emas telah turun di bawah level 2,0, menandakan bahwa Bitcoin kini hanya memerlukan sekitar 1,8 kali lebih banyak modal risiko dibandingkan emas.
Baca Juga: Jumlah 'Bitcoin Millionaire' Melonjak 34% Sejak Kemenangan Trump dalam Pilpres 2024
Dengan mengacu pada perilaku alokasi aset investor terhadap emas di pasar global, JPMorgan memperkirakan bahwa kapitalisasi pasar Bitcoin perlu naik sekitar 67% agar seimbang dengan porsi kepemilikan emas pribadi di dunia.
“Perhitungan ini menyiratkan harga teoretis Bitcoin mendekati US$170.000,” tulis laporan tersebut.
Ethereum Tunjukkan Pola Serupa
Selain Bitcoin, Ethereum (ETH) juga menunjukkan pola pasar yang serupa, menurut JPMorgan. Namun, analis mencatat bahwa likuidasi di kontrak berjangka Ethereum di CME justru lebih besar dibandingkan Bitcoin.
Sementara itu, JPMorgan menilai penarikan dana (redemption) dari produk crypto exchange-traded fund (ETF) belakangan ini masih tergolong moderat, terutama jika dibandingkan dengan arus masuk besar yang terjadi pada awal Oktober.
Meski analisis JPMorgan memberikan sinyal optimistis, pergerakan harga Bitcoin dalam jangka pendek tetap akan dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi global, termasuk data inflasi AS, kebijakan suku bunga The Fed, serta selera risiko investor terhadap aset berisiko tinggi.
Apabila tren penurunan leverage benar-benar berakhir dan volatilitas tetap terkendali, Bitcoin berpotensi memasuki fase akumulasi baru menuju target harga US$170.000 dalam 6–12 bulan mendatang.












