Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Jumlah kepala eksekutif alias Chief Executive Officer (CEO) perusahaan yang meninggalkan posisi mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu. Menurut firma penasihat kepemimpinan Russell Reynolds Associates, peningkatan ini karena pengawasan ketat dari investor dan tekanan untuk mengikuti perubahan.
Menurut data Russel Reynolds, ada sekitar 202 CEO meninggalkan jabatan mereka pada tahun 2024, melampaui rata-rata enam tahun sebesar 186. Ini artinya meningkat 13% dari tahun sebelumnya.
CEO yang paling banyak meninggalkan posisi adalah CEO di sektor-sektor teknologi dengan 40 orang meninggalkan pekerjaan mereka. Hal ini karena banyak perubahan yang terjadi di industri teknologi seperti kemajuan AI generatif. "50% lebih banyak pergantian daripada rata-rata enam tahun," tulis riset dikutip Reuters. Russel Reynold mulai melacak pergantian CEO sejak tahun 2018.
Baca Juga: Pesawat American Airlines Tabrak Helikopter, Sekitar 60 Orang Diperkirakan Meninggal
Margot McShane, salah satu pimpinan dewan global dan praktik CEO Russell Reynolds mengatakan, selama riset terhadap CEO, perusahaan sekarang semakin banyak meminta CEO dapat melaksanakan rencana bisnis untuk berubah, tetapi sering kali tidak memiliki kejelasan tentang cara mewujudkannya.
"Menjadi CEO makin sulit, karena Anda harus menjelajahi wilayah yang belum dipetakan," kata McShane. Beberapa tekanan ini cukup tinggi di bidang teknologi, karena sektor ini mengalami perubahan besar karena perkembangan seperti AI generatif.
Investor aktivis menjadi salah satu penyebabnya. "Mereka menyingkirkan 27 CEO tahun lalu, naik tiga kali lipat pada tahun 2020," tulis Russel Reynold dalam laporan mengutip data Barclays.
Menurut laporan itu, hampir seperempat dari kepergian CEO pada tahun 2024 disebabkan proses suksesi yang direncanakan. "Dewan direksi melihat ke depan harus mempersiapkan bakat internal," kata Helle Bank Jorgensen, pendiri firma penasihat perusahaan Competent Boards.