kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kanada Akhir Kontrak Dengan Produsen Sarung Tangan Malaysia, Ini Penyebabnya


Rabu, 19 Januari 2022 / 11:27 WIB
Kanada Akhir Kontrak Dengan Produsen Sarung Tangan Malaysia, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Kanada mengakhir kontrak kerjasama dengan produsen sarung tangan Malaysia, Supermax


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - OTTAWA. Kanada mengakhiri kontrak dengan pembuat sarung tangan asal Malaysia, Supermax Corp. Departemen Pengadaan dan Layanan Publik Kanada mengatakan, pemutusan kontrak ini menyusul tuduhan tentang kerja paksa.

Beberapa waktu belakangan, sejumlah pabrik Malaysia, yang membuat produk mulai dari sarung tangan medis hingga minyak kelapa sawit, semakin disoroti atas tuduhan terkait menyalahgunakan pekerja asing, yang merupakan bagian penting dari tenaga kerja manufaktur.

Pemerintah Kanada sebelumnya telah menahan kontraknya dengan Supermax, yang merupakan pembuat sarung tangan pada bulan November. Dikatakan, pemerintah bakal menentukan langkah selanjutnya setelah menerima laporan audit atas praktik perburuhan yang dilakukan perusahaan tersebut.

"Berdasarkan keseriusan tuduhan dan jadwal waktu yang diharapkan untuk hasil audit akhir, Pemerintah Kanada telah memutuskan, dan Supermax Healthcare Canada telah setuju, untuk mengakhiri dengan persetujuan bersama dua kontrak yang ada untuk penyediaan sarung tangan nitril," kata Departemen Pengadaan dan Layanan Publik Kanada kepada Reuters dalam sebuah pernyataan email pada hari Selasa (18/1).

Supermax tidak segera menanggapi permintaan komentar yang diajukan Reuters.

Baca Juga: Kena Sanksi AS, Produsen Sarung Tangan Malaysia Perbaiki Pengelolaan TKA

Pada bulan November, Supermax mengatakan akan mempercepat proses yang telah dimulai pada tahun 2019 untuk memenuhi standar perburuhan yang ditetapkan oleh Organisasi Perburuhan Internasional.

Langkah Kanada untuk menunda kontraknya di tahun lalu menyusul larangan impor yang dikeluarkan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS terhadap Supermax pada bulan Oktober.

Bea Cukai AS mengutip informasi yang diterimanya, mengatakan ada indikasi penggunaan kerja paksa dalam operasi manufaktur di perusahaan Malaysia tersebut.

Supermax telah mengatakan sudah melakukan kontak dengan agensi AS untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut dan telah menugaskan sebuah perusahaan konsultan independen untuk melakukan audit terhadap status pekerja asing di pabriknya.

Baca Juga: Saham Sony Rontok Usai Microsoft Sepakat Beli Activision Blizzard

Awal bulan ini, Supermax mengatakan sudah memperkenalkan kebijakan manajemen pekerja asing baru dan meningkatkan kebijakan sumber daya manusia sehubungan dengan tuduhan tenaga kerja.

Meningkatnya jumlah tuduhan atas perlakuan terhadap tenaga kerja di perusahaan Malaysia telah mulai merugikan bisnis dari perusahaan asal Negeri Jiran tersebut.

Pada bulan November, pembuat peralatan rumah tangga Dyson mengakhiri kontrak dengan pemasok suku cadang terbesarnya yang merupakan perusahaan Malaysia ATA IMS Bhd. Hal tersebut juga dilakukan karena dasar tuduhan kerja paksa.

ATA telah mengakui beberapa pelanggaran, dan membuat beberapa perbaikan serta menyebut kini telah mematuhi semua peraturan dan sesuai standar.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×