Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump, kembali memicu ketegangan dagang internasional setelah menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif baru terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.
Kebijakan ini, yang diumumkan setelah kembalinya Trump ke Gedung Putih pada Januari lalu, menetapkan tarif sebesar 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko, serta 10% untuk produk dari Tiongkok.
Langkah ini disebut sebagai upaya untuk menekan negara-negara tersebut agar memenuhi komitmen mereka dalam menghentikan peredaran obat-obatan terlarang ke AS, termasuk fentanyl yang diklaim Trump sebagai ancaman besar bagi rakyat Amerika.
Dalam pernyataan resminya, Trump menegaskan bahwa satu-satunya cara bagi Kanada untuk menghindari tarif ini adalah dengan menjadi negara bagian ke-51 Amerika Serikat, sebuah pernyataan yang langsung menuai reaksi keras dari pemerintah Kanada.
Baca Juga: Trump Pertimbangkan Keringanan Tarif untuk Meksiko dan Kanada pada Sektor Ini
Justin Trudeau Mengecam Keputusan Trump
Mengutip Unilad, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, secara terbuka mengutuk kebijakan ini dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis pada Senin (3 Maret). Ia menegaskan bahwa tidak ada justifikasi yang masuk akal bagi AS untuk memberlakukan tarif sebesar itu terhadap ekspor Kanada.
"Hari ini, setelah jeda 30 hari, pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk melanjutkan penerapan tarif 25% pada ekspor Kanada dan 10% pada energi Kanada. Saya ingin menegaskan dengan jelas – tidak ada justifikasi atas tindakan ini," kata Trudeau dalam pernyataannya.
Lebih lanjut, Trudeau menyatakan bahwa Kanada akan mempertimbangkan langkah-langkah pembalasan guna melindungi kepentingan ekonominya.
Ancaman Ontario untuk Memutus Pasokan Listrik ke AS
Salah satu respons paling keras datang dari Perdana Menteri Ontario, Doug Ford, yang baru saja memenangkan mayoritas ketiga dalam pemilihan provinsi. Dalam konferensi persnya, Ford menyatakan kesiapannya untuk menghentikan pasokan listrik ke AS jika kebijakan tarif ini terus diberlakukan.
"Jika mereka ingin menghancurkan Ontario, saya akan melakukan apa saja, termasuk memutus pasokan listrik mereka – dengan senyum di wajah saya," ujar Ford dalam wawancara dengan NBC.
Baca Juga: Trump Ingin Cabut Undang-Undang Subsidi Chip Semikonduktor Senilai US$ 857 Triliun
Ontario saat ini memasok listrik untuk sekitar 1,5 juta rumah serta sektor manufaktur di negara bagian New York, Michigan, dan Minnesota. Ford memperingatkan bahwa jika AS ingin menghancurkan ekonomi Kanada, maka mereka juga harus merasakan dampaknya.
"Mereka bergantung pada energi kami, mereka perlu merasakan dampaknya. Jika mereka menyerang kami dengan keras, kami akan membalas dua kali lebih keras," tegas Ford saat berbicara dalam sebuah konvensi pertambangan di Toronto.
Implikasi Ekonomi dan Politik dari Konflik Ini
Ketegangan ini menambah daftar panjang sengketa dagang antara AS dan Kanada yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Sebagai mitra dagang terbesar AS, Kanada memainkan peran krusial dalam rantai pasokan industri Amerika, terutama dalam sektor energi, otomotif, dan pertanian.
Jika Ontario benar-benar memutus pasokan listrik ke AS, dampaknya bisa sangat luas. Negara bagian seperti Michigan dan New York yang bergantung pada listrik dari Ontario akan menghadapi lonjakan harga energi dan potensi gangguan dalam operasional manufaktur.
Baca Juga: Zelensky Siap Teken Kesepakatan Mineral dengan AS demi Perdamaian!
Hal ini juga dapat memperburuk hubungan diplomatik antara kedua negara serta menimbulkan efek domino dalam ekonomi Amerika Utara.
Sementara itu, pemerintahan Biden yang sebelumnya telah berupaya memperbaiki hubungan dengan Kanada kini dihadapkan pada tantangan baru akibat kebijakan Trump yang agresif.
Dalam beberapa bulan ke depan, dunia akan melihat apakah konflik ini dapat diselesaikan melalui jalur diplomasi atau justru semakin memanas dengan serangkaian tindakan balasan dari kedua belah pihak.