Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Kasus virus corona baru di Rusia menembus angka 240.000, mengantarkan negeri beruang merah menjadi negara dengan jumlah infeksi tertinggi kedua di dunia.
Melansir The Moscow Times, pada Rabu (13/5), Pusat Tanggap Darurat Penanganan Covid-19 Rusia mengonfirmasi 10.028 kasus baru virus corona. Sehingga, total infeksi menjadi 242.271 kasus.
Dengan tambahan kasus baru di atas 10.000 dalam 10 hari terakhir, Rusia juga memiliki tingkat infeksi baru tercepat kedua di dunia di belakang Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Selamat, Thailand laporkan nol kasus baru corona sejak 9 Maret
Sementara 96 orang meninggal akibat virus corona selama 24 jam terakhir. Alhasil, angka kematian di Rusia menjadi 2.212 orang.
Kremlin minggu ini meredakan penguncian nasional, meski jumlah kasus yang terus meningkat telah membawa Rusia ke posisi kedua dalam penghitungan infeksi global di belakang AS.
Mayoritas kasus baru di Rusia tercatat di Moskow, ibu kota negara ini. Sekalipun, Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin telah memperpanjang penguncian hingga akhir Mei nanti.
Baca Juga: Muncul banyak kasus baru corona, Jilin di China terapkan pembatasan baru
Sementara juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov pada Selasa (12/5) menjadi tokoh senior terbaru dalam pemerintahan yang positif terkena virus corona. Saat ini, ia menjalani perawatan di rumahsakit.
Terlepas dari peningkatan yang stabil dalam kasus-kasus baru, tingkat kematian akibat virus corona di Rusia lebih rendah dibanding negara-negara Eropa lainnya.
Baca Juga: Saat pembatasan dilonggarkan, kasus corona di Singapura tembus 25.000
Pihak berwenang menyatakan, tingkat kematian yang rendah karena Rusia belajar dari pengalaman Eropa barat, dengan bergerak cepat mengisolasi pelancong dari luar negeri dan orang-orang yang berisiko, mengonversi rumahsakit untuk pasien Covid-19, meluncurkan kampanye besar-besaran untuk pengujian, serta mengkarantina mereka yang terinfeksi.
Para pejabat juga memuji upaya pengujian dan pelacakan yang meluas, dengan mengatakan, Rusia telah melakukan hampir 6 juta tes. Tapi, para kritikus meragukan jumlahnya, karena Rusia menggunakan metode klasifikasi yang berbeda untuk menghitung orang yang meninggal.