Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Sebuah sisa kerak benua dari jutaan tahun lalu telah ditemukan tertanam di hutan belantara yang terisolasi di bagian utara Kanada, tepatnya di wilayah selatan Pulau Baffin.
Pulau Baffin terletak di antara daratan Kanada dan Greenland. Bentangan Arktik ini memiliki luas lebih dari 500.000 kilometer persegi, menjadikannya pulau terbesar kelima di dunia.
Di pulau ini, para peneliti menemukan tanda mineral pada sampel batuan beku yang diambil dari eksplorasi pengeboran berlian di Provinsi Chidliak Kimberlite.
Baca Juga: Setelah "menghilang" 155 tahun, ibis sendok raja kembali terlihat di Sulawesi
Maya Kopylova, seorang ahli geologi dari University of British Columbia, menjelaskan kimberlite merupakan roket bawah tanah yang mengambil penumpang dalam perjalanan ke permukaan.
Penumpang yang dimaksud adalah bongkahan batuan padat yang membawa banyak detail pada kondisi yang jauh di bawah permukaan Bumi dari waktu ke waktu.
Batuan kimberlite terbentuk pada kedalaman 150 kilometer di bawah permukaan Bumi, kemudian batu ini didorong ke permukaan oleh kekuatan geologi dan kimia.
Dalam hal komponen geologis, kemunculannya di bawah Pulau Baffin modern merupakan akhir dari penyebaran kolosal yang terjadi sekitar 150 juta tahun yang lalu, selama penguapan lempeng benua North Atlantic Craton (NAC).
Baca Juga: Richs resmikan pabrik baru di Cikande
NAC ini mengacu pada bongkahan batu litosfer dari miliaran tahun lalu ke Archean Eon, yang mewakili beberapa bukaan terbaik dari kerak benua paling awal di Bumi.
"Komposisi mineral NAC sangat unik, mudah untuk mengikat potongan-potongan itu. Kawah-kawah kuno yang berdekatan di Kanada Utara memiliki mineralogi yang sama sekali berbeda," ujar Kopylova.
Baca Juga: Lempeng rawan runtuh, Australia terancam tsunami
Dalam penelitian ini, Kopylova dan timnya menggunakan beberapa teknik analisis, seperti petrografi, mineralogi, dan termobarometri, untuk mempelajari 120 sampel batuan xenoliths yang diambil dari Provinsi Kimberlite.
Mudahkan rekonstruksi benua kuno
Hasil penelitian tentang benua kuno di Bumi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Journal of Petrology .
Penelitian tersebut menunjukkan komposisi massal dan kimia mineral mantel Chidliak yang sangat menyerupai batuan NAC dari Greenland Barat dan jauh berbeda dengan batuan dari kawah lain.
Baca Juga: Cara menikmati sensasi kopi luwak Lampung
"Kami menyimpulkan bahwa mantel Chidliak menunjukkan afinitas dengan mantel kratonik yang hanya berbeda satu blok, yaitu NAC," jelas para peniliti dalam makalah mereka.
Lebih lanjut, mereka menjelaskan kesamaan ini ditafsirkan sebagai petunjuk koherensi struktural dari litosfer kratonik Blok Peninsula Hall dan NAC sebelumnya yang kemudian terpisah dalam fragmen benua berbeda.
Ini berarti para peneliti telah menambah sekitar 10% dari bentangan NAC yang telah diketahui sebelumnya.
Kemudian, teknik pemodelan mantel yang baru ini dapat membantu para peneliti membayangkan bentuk beberapa formasi batuan paling awal di Bumi pada kedalaman yang lebih jauh dari sebelumnya.
Baca Juga: Ewindo resmikan bank genetik sayuran pertama di Indonesia
"Kini kami dapat memahami dan memetakan tidak hanya lapisan paling tipis dari Bumi yang membentuk satu persen dari volume planet ini, tetapi pengetahuan kita secara harfiah dan simbolis yang lebih dalam," ujar Kopylova.
Kopylova mengatakan dengan adanya sampel-sampel ini, para peneliti dapat merekonstruksi bentuk-bentuk benua kuno, berdasarkan batuan dari mantel Bumi yang lebih dalam. (Imamatul Silfia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sisa Mineral Batuan di Kanada Utara ini Ungkap Keberadaan Benua Kuno"