kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kebijakan tarif Amerika Serikat jadi bumerang


Jumat, 24 Mei 2019 / 17:41 WIB
Kebijakan tarif Amerika Serikat jadi bumerang


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Niat Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghalau barang-barang asal China dengan mengenakan tarif impor lebih justru jadi senjata makan tuan. Riset yang dilakukan International Monertary Fund (IMF) menyatakan beban tarif tersebut justru lebih banyak ditanggung oleh importir dan konsumen di Amerika.

“Pendapatan dari tarif yang dikumpulkan hampir seluruhnya justru ditanggung oleh importir Amerika. Bahkan bebannya kini sudah ditanggung oleh konsumen, misalnya pada produk mesin cuci. Sementara barang-barang lain ditanggung importir Amerika dengan mengorbankan marjin labanya,” tulis IMF dalam blog resminya sebagaimana dikutip Bloomberg, Kamis (23/5).

Singkatnya laporan tersebut menyatakan bahwa kebijakan tarif justru bukan menjadi beban eksportir asal China. Importir dan konsumen Amerika yang justru menanggungnya. Laporan tersebut juga sekaligus membantah kesimpulan ekonom-ekonom Amerika yang menyatakan hal sebaliknya.

Apa yang dipaparkan IMF secara dengan secara retoris mengkritisi kebijakan Trump ini terhitung langka, mengingat Amerika merupakan penyumbang terbesarnya.

Pada awal Mei, dalam sebuah cuitannya Presiden Trump menyatakan selama 10 bulan ke depan China akan membayar tarif impor 25% dari nilai US$ 50 miliar utuk barang-barang berteknologi tinggi, dan 10% dari US$ 200 miliar barang lainnya.

Belum lama ini Trump justru meningkatkan target tersebut untuk barang non teknologi dengan tarif 25% dari US$ 200 miliar. Konon Trump menuduh China mundur dari kesepakatan tersebut.

Di lain pihak, China membantahnya. Mereka menuduh pemerintahan Trump yang sepihak membatalkan kesepakatan perundingan, dan menegaskan mesti mengubah ‘praktik yang salah’ dari kebijakan tarif Trump ini. Sementara itu, pasar keuangan sudah merosot tajam dari perselisihan dua kutub ekonomi dunia ini.

Ditulis bersama Ekonom Kepala IMF Gita Gopinath, laporan tersebut menyatakan perang dagang tersebut antar Amerika dan China ini berpotensi menggerus sepertiga pendapatan domestik bruto global.

“Ini alasan mengapa kami menilai 2019 merupakan tahun yang sulit bagi ekonomi global,” tulis para ekonom IMF dalam laporannya tersebut.

IMF pada April 2019 telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3% saja, terendah dari yang terjadi sejak krisis keuangan. Belum lagi tarif impor yang lebih tinggi tentu akan membebani perdagangan dan melemahkan beberapa negara berekonomi maju.

Sedangkan dalam laporan terpisah yang dipublikasikan The Federal Reserve Bank of New York, kenaikan 15% tarif impor barang China akan mengakibatkan beban satu keluarga Amerika meningkat menjadi US$ 831 per tahunnya. Dua kali lipat dari asumsi dampak kebijakan tarif Trump.

Pemerintah Amerika Serikat juga di lain sisi telah merilis daftar barang-barang asal China senilai hampir US$ 300 miliar yang akan dikenakan tarif tambahan, termasuk pakaian, mainan, dan ponsel. Meski demikian, sejatinya pungutan-pungutan tersebut akan mencakup seluruh impor asal China dan membebani keluarga Amerika.

Direktur Ekonomi Kantor Kepresidenan Larry juga telah mengakui dampak dari kebijakan tarif ini akan membebani baik China maupun Amerika Serikat.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×