kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,51   -5,84   -0.63%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kecemasan Eropa Terbukti, Rusia Tak Akan Buka Aliran Pipa Gas Utama ke Benua Biru


Sabtu, 03 September 2022 / 13:01 WIB
Kecemasan Eropa Terbukti, Rusia Tak Akan Buka Aliran Pipa Gas Utama ke Benua Biru
ILUSTRASI. Gazprom mengumumkan, aliran pipa gas Rusia ke Jerman tidak akan dibuka kembali seperti yang direncanakan pada Sabtu (3/9/2022). REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Rusia ingkar janji. Perusahaan energi negara Gazprom mengumumkan, aliran pipa gas Rusia ke Jerman tidak akan dibuka kembali seperti yang direncanakan pada Sabtu (3/9/2022).

Melansir BBC, perusahaan itu mengatakan telah menemukan kebocoran minyak di turbin di pipa Nord Stream 1. Ini artinya, aliran pipa gas akan ditutup tanpa batas waktu.

Sebelumnya, Rusia telah menutup pipa gas selama tiga hari terakhir untuk apa yang digambarkan Gazprom sebagai pekerjaan pemeliharaan.

Berita itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa keluarga di Uni Eropa tidak akan mampu membayar biaya untuk pemanas pada musim dingin ini.

Harga energi telah melonjak sejak Rusia menginvasi Ukraina dan pasokan yang langka dapat mendorong biaya lebih jauh.

Eropa sedang berusaha untuk melepaskan diri dari energi Rusia dalam upaya untuk mengurangi kemampuan Moskow untuk membiayai perang. Namun, transisi energi ini mungkin tidak bisa terlaksana dalam waktu cepat karena memakan waktu.

Moskow membantah menggunakan pasokan energi sebagai senjata ekonomi sebagai pembalasan atas sanksi Barat yang dijatuhkan setelah invasi Rusia.

Ia menyalahkan sanksi karena menunda pemeliharaan rutin Nord Stream 1. Akan tetapi Eropa mengatakan ini hanyalah dalih Rusia saja.

Regulator jaringan Jerman, Bundesnetzagentur, mengatakan negara itu sekarang lebih siap untuk menghentikan pasokan gas Rusia, tetapi mendesak warga dan perusahaan untuk mengurangi konsumsi.

Pengumuman Gazprom datang tak lama setelah negara-negara G7 setuju untuk membatasi harga minyak Rusia untuk mendukung Ukraina.

Pennerapan batas harga mereka berarti negara-negara yang menandatangani kebijakan tersebut akan diizinkan untuk hanya membeli minyak dan produk minyak Rusia yang diangkut melalui laut yang dijual dengan atau di bawah batas harga.

Namun, Rusia mengatakan tidak akan mengekspor ke negara-negara yang berpartisipasi dalam pembatasan tersebut.

Pipa gas membentang dari pantai Rusia dekat St Petersburg ke timur laut Jerman dan dapat membawa hingga 170 juta meter kubik gas per hari.

Pipa gas tersebut dimiliki dan dioperasikan oleh Nord Stream AG, yang pemegang saham mayoritasnya adalah Gazprom.

Jerman juga sebelumnya mendukung pembangunan pipa paralel - Nord Stream 2 - tetapi proyek itu dihentikan setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Gazprom mengatakan pihaknya telah mendeteksi adanya kesalahan di stasiun kompresor Portovaya, dengan inspeksi dilakukan bersama pekerja dari Siemens, perusahaan Jerman yang memelihara turbin.

Dikatakan bahwa perbaikan kebocoran oli di mesin-mesin utama hanya mungkin dilakukan di bengkel-bengkel khusus, yang telah dihalangi oleh sanksi-sanksi Barat.

Namun, Siemens sendiri mengatakan: "Kebocoran seperti itu biasanya tidak mempengaruhi pengoperasian turbin dan dapat ditutup di lokasi. Ini adalah prosedur rutin dalam lingkup pekerjaan pemeliharaan."

Sebelumnya diberitakan, Rusia kembali menghentikan pasokan gas melalui pipa utama ke Eropa pada Rabu (31/8/2022). 

Ini artinya, Rusia semakin mengintensifkan pertempuran ekonomi antara Moskow dan Brussels sehingga meningkatkan prospek resesi dan penjatahan energi di beberapa negara terkaya di kawasan itu.

Melansir Reuters, menurut raksasa energi negara Rusia Gazprom, pemeliharaan di Nord Stream 1 berarti bahwa tidak ada gas yang akan mengalir ke Jerman antara pukul 01:00 GMT pada 31 Agustus dan 01:00 GMT pada 3 September. 

Pemerintah Eropa khawatir Moskow dapat memperpanjang penghentian pengiriman gas sebagai pembalasan atas sanksi Barat yang dikenakan padanya setelah invasi ke Ukraina. Kekhawatiran tersebut akhirnya terbukti. 

Eropa juga menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan pasokan energi sebagai "senjata perang". Namun, Moskow membantah melakukan ini. 

Pembatasan lebih lanjut untuk pasokan gas Eropa akan meningkatkan krisis energi yang telah mengirim harga gas grosir melonjak lebih dari 400% sejak Agustus lalu. 

Kondisi ini menciptakan krisis biaya hidup yang menyakitkan bagi konsumen dan bisnis sehingga memaksa pemerintah Eropa menghabiskan miliaran untuk meringankan beban warganya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×