kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kematian tembus 27.000, PM Inggris: Kami sudah lewati puncak wabah corona


Sabtu, 02 Mei 2020 / 08:13 WIB
Kematian tembus 27.000, PM Inggris: Kami sudah lewati puncak wabah corona
ILUSTRASI. Seseorang terlihat mengendarai sepeda mengenakan pelindung wajah di depan instalasi seni bertajuk Out of Order, sementara penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) berlanjut, di London, Inggris, 20 April 2020.


Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - LONDON. Jumlah korban meninggal di Inggris akibat wabah virus corona baru naik 739 menjadi 27.510 orang pada Jumat (1/5). Data baru menunjukkan, orang-orang di daerah yang kurang beruntung terkena dampak yang lebih buruk.

Peningkatan korban meninggal itu terjadi ketika Menteri Kesehatan Matt Hancock mengumumkan, Inggris telah mencapai tujuannya untuk melakukan 100.000 tes virus corona per hari pada akhir April.

Sebanyak 122.347 tes virus tercapai pada Kamis (30/4), Hancock mengatakan dalam pengarahan harian tentang respons pemerintah terhadap pandemi, dan menyebutkan, peningkatan tersebut sebagai "pencapaian luar biasa".

"Kapasitas pengujian yang kami bangun bersama akan membantu setiap orang di negara ini," katanya seperti dilansir Channelnewsasia.com. "Pengujian sangat penting untuk menekan penyebaran virus".

Baca Juga: Tok, remdesivir dapat persetujuan BPOM AS untuk pasien corona

Target 100.000 uji virus terlihat di luar jangkauan pada awal minggu ini, ketika hanya 43.000 orang yang menjalani tes per hari, meskipun kapasitasnya mencapai 73.000.

Pemerintah Inggirs telah menghadapi kritik selama berminggu-minggu, terutama dari pekerja kesehatan dan perawatan sosial, yang mengatakan, mereka tidak bisa mendapatkan tes walau berurusan dengan pasien Covid-19.

Melansir Channelnewsasia.com, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan pada Kamis (30/4), Inggris sudah "melewati puncak" wabah, dan pengujian yang lebih luas akan menjadi kunci untuk menjaga tingkat transmisi virus corona turun.

Hancock menyatakan, pengujian juga akan sangat penting untuk mengangkat langkah-langkah penguncian ketat yang Inggris berlakukan pada akhir Maret dan memulihkan kebebasan sosial juga ekonomi.

Baca Juga: Coronavac, vaksin buatan Sinovac yang siap produksi 100 juta dosis

Hancock juga mengatakan, pemerintah prihatin dengan angka-angka dari Badan Statistik Nasional (ONS) tentang dampak virus corona terhadap bagian-bagian negara yang lebih miskin.

Virus ini memiliki dampak yang tidak proporsional pada komunitas minoritas kulit hitam dan etnis lainnya, orangtua, pria, dan orang dengan obesitas.

ONS sebelumnya mengungkapkan, wilayah Inggris dengan peringkat terburuk untuk pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan kejahatan, mencatat 55,1 kematian per 100.000 orang akibat virus corona berbanding 25,3 per 100.000 di daerah lain.

"Ini adalah sesuatu yang kami khawatirkan," ujar Hancock. "Kami berusaha memahami dampak virus sebanyak yang kami bisa dan ketika kami mendapatkan bukti baru".

Baca Juga: Sebulan tak ada kasus corona, Hubei China turunkan tingkat tanggap darurat

Menurut ONS, tingkat kematian umum yang melibatkan semua penyebab kematian termasuk Covid-19 adalah 88% lebih tinggi di daerah yang lebih miskin dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Tetapi, ketika melihat dampak pada kematian akibat Covid-19 saja, angka di daerah yang paling tidak beruntung di Inggris adalah 118% lebih tinggi dari wilayah yang lebih kaya.

"Orang yang tinggal di daerah yang lebih miskin mengalami tingkat kematian Covid-19 lebih dari dua kali lipat orang yang tinggal di daerah lain," kata Nick Stripe, Kepala Snalisis Kesehatan ONS, seperti dikutip Channelnewsasia.com.

Angka-angka ONS, yang menganalisis kematian akibat virus corona antara 1 Maret dan 17 April, menegaskan, London adalah pusat penyebaran di Inggris, negara terburuk kedua di Eropa di belakang Italia.

Baca Juga: Presiden Macron: Kehidupan masih belum normal setelah pembukaan penguncian 11 Mei



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×