Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
Harga Minyak - Meski melemah pada hari Senin (31/7), namun harga minyak tetap berada di dekat level tertinggi dalam tiga bulan. Dengan ini, harga minyak diprediksi akan mengalami kenaikan bulanan terbesar dalam lebih dari satu tahun.
Kondisi ini terjadi di tengah ekspektasi bahwa Arab Saudi akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela hingga September dan memperketat pasokan global.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun 45 sen menjadi US$84,54 per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$80,25 per barel, turun 33 sen.
Pada hari Jumat, harga minyak Brent dan WTI ditutup di level tertinggi sejak April sekaligus menandai kenaikan selama lima minggu berturut-turut. Hal ini disebut terjadi karena pengetatan pasokan minyak secara global dan ekspektasi berakhirnya kenaikan suku bunga AS.
Baca Juga: Sudah Tak Relevan, Kebijakan DMO Minyak Goreng Perlu Dievaluasi
Keduanya berada di jalur yang sangat positif untuk menutup bulan Juli dengan kenaikan bulanan terbesar sejak Januari 2022.
Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insight, mengatakan, minyak mentah mungkin bereaksi baik tentang inflasi AS dan ketahanan ekonomi untuk saat ini. Harganya pun diprediksi sanggup naik lebih tinggi lagi.
"Sebagian besar aktivitas pembelian yang kuat terjadi selama jam perdagangan AS. Aksi selama sesi Asia tetap relatif lambat dan merupakan indikator sentimen yang buruk," kata Hari.
Baca Juga: Kinerja Sampoerna Agro Masih Tertekan Koreksi Harga CPO
Pengurangan Produksi Minyak Arab Saudi
Sementara itu, Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang masa pengurangan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari untuk satu bulan lagi hingga September.
Dalam catatan bulan Juli, analis Goldman Sachs mengatakan bahwa harga minyak naik 18% sejak pertengahan Juni karena rekor permintaan yang tinggi dan pemotongan pasokan Saudi. Pasar pun dilihat mulai meninggalkan pesimisme pertumbuhannya.
"Kami masih memperkirakan pemotongan tambahan 1 juta barel per hari di Saudi akan berlangsung hingga September, dan akan berkurang setengahnya mulai Oktober," kata analis.
Baca Juga: Banyak Negara di Dunia Ingin Tinggalkan Dolar AS, Ini 3 Alasan Utamanya
Goldman Sachs memperkirakan bahwa permintaan minyak global naik ke rekor 102,8 juta barel per hari pada Juli. Bank itu juga baru saja merevisi perkiraan untuk permintaan total di tahun 2023, naik menjadi 550.000 barel per hari.
Naiknya perkiraan itu didorong oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di India dan Amerika Serikat sanggup mengimbangi penurunan konsumsi China.