Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak naik sekitar 1% pada hari Jumat (12/4) di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Tetapi minyak membukukan kerugian mingguan karena perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia yang bearish dari Badan Energi Internasional (IEA). Juga ada kekhawatiran terhadap melambatnya penurunan suku bunga AS.
Berdasar data Tradingeconomics.com, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,51% menjadi US$ 85,45 per barel pada Jumat (12/4). Dalam sepekan minyak WTI turun 1,68%.
Selama seminggu, harga minyak mendekati level tertinggi dalam enam bulan di tengah kekhawatiran bahwa Iran, produsen OPEC terbesar ketiga, mungkin akan membalas serangan pesawat tempur Israel terhadap kedutaan Iran di Damaskus pada hari Senin.
“Fokus utama pasar adalah apakah Iran akan membalas terhadap Israel,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates seperti dikutip Reuters, Sabtu (13/4).
AS memperkirakan serangan Iran terhadap Israel akan terjadi, namun serangan tersebut tidak akan cukup besar untuk menarik Washington ke dalam perang, menurut seorang pejabat AS. Sumber-sumber Iran mengatakan Teheran telah mengisyaratkan tanggapan yang bertujuan menghindari eskalasi besar.
Masalah rantai pasokan masih membawa risiko terbesar karena Iran terus mempertahankan ancamannya untuk menutup Terusan Suez, kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics.
IEA memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada tahun 2024 menjadi 1,2 juta barel per hari (bph).
Tapi OPEC pada hari Kamis mengatakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024.
Kenaikan pada hari Jumat menghapus kerugian pada sesi sebelumnya, yang didominasi oleh inflasi AS yang membandel sehingga mengurangi harapan penurunan suku bunga pada awal Juni.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.