Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
AS dan China pada Jumat (13/2) pekan lalu mendinginkan perang dagang mereka, dengan mengumumkan perjanjian fase satu. Kesepakatan ini akan mengurangi beberapa tarif negeri paman Sam atas impor negeri tembok raksasa sebagai imbalan atas apa yang pejabat AS sebut akan menjadi lompatan besar dalam pembelian produk pertanian AS dan barang-barang lainnya dari China.
Tapi, penanaman modal di China tetap tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, setelah tumbuh 5,2% sepanjang Januari-November lalu, sama dengan pertumbuhan dalam 10 bulan pertama yang merupakan laju terlemah dalam beberapa dekade. Investasi sektor swasta, yang menyumbang 60% dari total penanaman modal China, tumbuh 4,5% selama Januari-November.
Baca Juga: Pemain Arsenal kritik tindakan Beijing atas Muslim Uighur, China meradang
Betty Wang, Ekonom Senior ANZ, mengatakan, para pembuat kebijakan di China cenderung mengandalkan kombinasi alat untuk mempertahankan pertumbuhan tahun depan ketimbang opsi kebijakan apa pun. Kebijakan akomodatif kemungkinan akan China lakukan dengan cara yang kurang agresif dibanding apa yang pasar harapkan.
Pertumbuhan ekonomi China mendingin menjadi 6,0% pada kuartal ketiga tahun ini, mendekati level terendah dalam 30 tahun terakhir. Tetapi, para pembuat kebijakan di Beijing lebih berhati-hati dengan langkah-langkah mendorong pertumbuhan.
Sementara penjualan ritel di China naik 8,0% pada November tahun ini dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Angka ini lebih tinggi dari survei Reuters sebesarĀ 7,6%, dengan dukungan promo belanja online Singles Day bulan.