Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Tri Adi
Tuhan yang menetapkan langkah hidup manusia. Begitu juga dengan kehidupan Kim Beom-Su. Terlahir di keluarga miskin tidak menghalangi langkah hidupnya sebagai salah satu miliarder di Korea Selatan (Korsel).
Mengutip Forbes, kedua orangtua Kim bahkan tidak lulus bangku sekolah dasar. Setelah orangtuanya bercerai, Kim diasuh oleh sang nenek. Kemiskinan memaksa Kim, neneknya dan enam orang anggota keluarga lainnya, tinggal dalam satu ruangan kecil selama bertahun-tahun.
Kendati miskin, otak cerdas sudah ada dalam diri Kim. Pria berusia 49 tahun ini berhasil masuk Seoul National University (SNU). Untuk membiayai kehidupan dan uang kuliah, Kim bekerja sebagai guru les privat. Agar hemat, Kim bahkan kerap tidak makan siang.
Gaya hidup hemat inilah yang membawa Kim bisa menempuh pendidikan master jurusan teknik mesin SNU dengan kocek sendiri. Selepas menimba ilmu, Kim juga meniti karier perdana di Samsung Corp. Beberapa tahun bekerja, Kim mengumpulkan modal hingga akhirnya mendirikan perusahaan Daum Communication pada tahun 1995. Produk perdana Kim adalah layanan surat elektronik (e-mail) Hanmail.net.
Selanjutnya, Kim mendirikan Hangame pada tahun 1998 silam. Naluri bisnis Kim terbukti jitu. Demam gim online membawa Hangame kian membesar.
Puncaknya, pada tahun 2000, Kim sepakat merger dengan Naver. Duet Hangame dan Naver membentuk NHN. Entitas baru ini menjadi penguasa pasar gim online di Korsel. NHN juga mengembangkan bisnis mesin pencari (browser).
Kehidupan Kim berubah drastis saat era ponsel pintar (smartphone) tiba di Korsel pada tahun 2008. Demam ponsel pintar menggelitik Kim untuk mengembangkan layanan pesan konvensional (SMS). Setahun berselang, Kim meluncurkan KakaoTalk di Maret 2009 yang menawarkan inovasi layanan berupa berkirim pesan dan telepon gratis.
Kim terus berinovasi. Tahun 2010, bapak dua anak ini meluncurkan layanan gim dan aplikasi lain yang berfungsi mengerek jumlah pengguna sekaligus trafik. Strategi ini terbukti mujarab menghasilkan pendapatan.
Dalam waktu beberapa tahun, pengguna KakaoTalk menembus angka belasan juta. Tangan dingin Kim mengelola Kakao Corp mampu menghasilkan US$ 42 juta pada tahun 2012. Satu tahun setelahnya, pendapatan Kakao tumbuh berlipat-lipat menjadi sekitar US$ 200 juta.
Tahun lalu, Kim menggabungkan Kakao Corp dengan Daum Communications yang kemudian membentuk Daum Kakao. Konsolidasi bisnis ini membuat pendapatan Daum mencapai KRW 288,08 miliar atau meningkat 136,7% dari tahun 2013.
Saat ini, KakaoTalk digunakan oleh 93% pengguna ponsel pintar di Korsel. KakaoTalk pun menjelma menjadi platform berbagai layanan. Mulai dari pesan instan, gim, berbelanja, dan lainnya. Di usianya yang keenam, KakaoTalk semakin mengglobal.
Tidak hanya di negara asalnya Korsel, KakaoTalk juga populer digunakan di Indonesia, Malaysia dan Filipina. KakaoTalk memang menyasar negara-negara Asia Tenggara. KakaoTalk gencar mengudara beriklan di Indonesia, Filipina dan Vietnam bersama Big Bang, salah satu bintang pop Korea kenamaan.
Saat ini, Indonesia bahkan menjadi negara dengan pengguna KakaoTalk terbanyak kedua setelah Korsel. "Basis pengguna tumbuh lebih dari 25 kali dalam setahun. Mudah-mudahan, kami dapat terus mempertahankannya," tutur Sirgoo Lee, Wakil Direktur Utama KakaoTalk, seperti dikutip Koreaherald.
(Bersambung)