Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memimpin pertemuan Partai Buruh untuk memperketat disiplin saat menghadapi pandemi Covid-19 dan mempersiapkan potensi kerusakan akibat banjir dari hujan deras.
Pertemuan besar dari Sekretariat Komite Sentral Partai Buruh Korea diadakan pada hari Senin (27/6) untuk membahas "meningkatkan dan menyesuaikan kembali sistem kerja organ pemandu Partai di semua tingkatan," kata kantor berita resmi Korea Utara, KCNA.
Media pemerintah tidak merinci bagaimana sistem kepartaian disesuaikan, tetapi selama pertemuan sekretariat lain yang diadakan sekitar dua minggu lalu, Kim telah memerintahkan untuk menjaga disiplin terhadap "penyalahgunaan kekuasaan dan birokratisme yang terungkap di antara beberapa pejabat Partai."
Kim telah mengadakan serangkaian pertemuan Partai Buruh dalam beberapa pekan terakhir, ketika Pyongyang memerangi wabah epidemi usus menyusul gelombang infeksi Covid-19.
Tekanan bagi Korea Utara bertambah dengan dimulainya musim hujan yang lebih awal dari biasanya. Ini menambah kekhawatiran atas hasil panen di negara yang sudah menderita kekurangan bahan pangan kronis itu.
Baca Juga: Yellen akan Kunjungi Korea Selatan dan Bahas Sanksi Terhadap Korea Utara
“Desa-desa pertanian di seluruh negeri berupaya melindungi padi dari badai hujan selama musim hujan,” kata KCNA, seperti dikutip dari Reuters.
Dalam upaya nyata untuk menghidupkan persatuan internal dalam menghadapi wabah penyakit, KCNA mengatakan Korea Utara telah melakukan "pekerjaan ideologis" untuk "memberi tahu massa tentang validitas dan akurasi ilmiah dari anti-kedaruratan darurat, kebijakan epidemi yang ditegakkan oleh Partai dan negara."
Korea Utara mengklaim, gelombang Covid-19 telah menunjukkan tanda-tanda mereda, meskipun para ahli menduga pelaporan yang kurang dalam angka-angka yang dirilis melalui media yang dikendalikan pemerintah.
Korea Utara melaporkan 6.710 kasus dengan gejala demam pada hari Selasa (28/6), dengan jumlah total pasien demam yang tercatat sejak akhir April mendekati 4,73 juta.
Pyongyang setiap hari mengumumkan jumlah pasien demam tanpa menyebutkan mereka sebagai pasien Covid-19. Hal itu disinyalir karena kurangnya alat tes.