Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Profesor studi internasional Universitas Ewha Womans, Leif-Eric Easley, menilai bahwa Pyongyang sendiri merupakan penyebab utama meningkatnya ketegangan di kawasan.
Menurutnya, meskipun Kim benar bahwa perlombaan kapal selam nuklir akan meningkatkan ketidakstabilan di kawasan, situasi ini justru dipicu oleh kebijakan Korea Utara sendiri, mulai dari penolakan diplomasi, ancaman nuklir terhadap negara tetangga, hingga pengalihan sumber daya besar untuk militer ketimbang pembangunan ekonomi rakyat.
KCNA juga mengungkap bahwa Kim Jong-un menerima pesan dari Presiden Rusia Vladimir Putin pada 18 Desember. Putin memuji partisipasi tentara Korea Utara dalam perang Ukraina sebagai bukti “persahabatan yang tak terkalahkan” antara Moskow dan Pyongyang.
Putin menyebut tahun 2025 sebagai tahun yang memiliki makna khusus bagi hubungan kedua negara.
Tonton: Klarifikasi Hashim Djojohadikusumo Soal Lahan Sawit Prabowo
Kesimpulan
Pemunculan kapal selam nuklir pertama Korea Utara menandai eskalasi serius dalam kemampuan militer Pyongyang dan memperkuat sinyal bahwa rezim Kim Jong-un semakin mengandalkan kekuatan nuklir sebagai alat tawar geopolitik. Langkah ini berpotensi memperdalam ketegangan di Semenanjung Korea, mempercepat perlombaan senjata regional, serta mempererat poros militer Korea Utara–Rusia di tengah konflik global yang semakin terpolarisasi.













