kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kisruh Laut China Selatan, Duterte indikasikan Filipina merapat ke AS


Rabu, 23 September 2020 / 13:22 WIB
Kisruh Laut China Selatan, Duterte indikasikan Filipina merapat ke AS
ILUSTRASI. Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyambut baik dukungan negara-negara Barat untuk menjaga stabilitas di Laut China Selatan.


Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - MANILA. Presiden Rodrigo Duterte pada Selasa (22/9), menyatakan, saat ini Filipina akan kembali merapat ke AS di tengah segala kegaduhan di Laut China Selatan.

Presiden berusia 75 tahun ini mengaku sudah gerah dengan perilaku Beijing, yang sempat dekat dengan Manila, di Laut China Selatan yang mengancam kedaulatan wilayah Filipina.

Berbicara di depan Majelis Umum PBB, Duterte menyatakan pembelaan yang kuat terhadap putusan Arbitrase Internasional tahun 2016 yang menyebut klaim China atas sejumlah wilayah di Laut China Selatan merupakan pelanggaran hukum internasional.

"Kami dengan tegas menolak upaya untuk merusaknya (putusan arbitrase). Kami menyambut peningkatan jumlah negara yang datang untuk mendukung putusan tersebut," ungkap Duterte seperti dikutip Bloomberg.

Baca Juga: Jenderal AS beberkan rencana Pentagon hadapi perang nuklir dengan Rusia & China

Pada 2016 lalu, Duterte sempat mengabaikan putusan tersebut dan membuatnya semakin dengan dengan China, sekutu militer terbesar Filipina.

Namun belakangan, Pemerintahan Duterte mulai mendekatkan diri dengan AS, menyusul segala upaya "nakal" China di sekitar wilayah teritorial mereka yang ada di Laut China Selatan.

Pekan ini, Filipina menyambut baik AS dan negara lain untuk berperan dalam menjaga keamanan Laut China Selatan. Hal ini juga telah dilakukan oleh Vietnam awal bulan ini.

"Kami bersumpah, kekuatan Barat akan hadir di Laut China Selatan. Kami percaya pada keseimbangan kekuatan, bahwa kebebasan Filipina bergantung pada keseimbangan di Laut China Selatan," ungkap Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin, Senin (21/9).

Hubungan AS dan Filipina sudah terjalin sangat lama, bahkan jadi yang terlama di Asia Tenggara. Perjanjian pertahanan tahun 1951 menetapkan salah satu negara akan merespons secara militer jika terjadi seragan terhadap negara yang lain.

Selanjutnya: Melihat kembali ketegangan militer dunia selama satu bulan terakhir


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×