Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
Adegan kacau terungkap setelah Trump, yang sebelum pemilihan menolak berkomitmen untuk menyerahlan kekuasaan secara damai jika dia kalah, berbicara kepada ribuan pengunjuk rasa, mengulangi klaim tidak berdasar bahwa kontes itu dicuri darinya karena kecurangan dan penyimpangan pemilu yang meluas.
Kritikus menyebut upaya oleh anggota parlemen Republik itu sebagai serangan terhadap demokrasi Amerika dan supremasi hukum serta percobaan kudeta legislatif.
Dua anggota Partai Demokrat teratas di Kongres AS, Ketua DPR Nancy Pelosi dan Senator Chuck Schumer, meminta Trump untuk menyerukan ke semua pengunjuk rasa segera meninggalkan Gedung Capitol.
Saat massa menyerbu masuk, Polisi Gedung Capitol meminta kepada anggota parlemen di ruang DPR untuk mengambil masker gas dari bawah kursi mereka dan memerintahkan mereka untuk turun ke lantai demi keselamatan mereka. Petugas mencabut senjatanya saat seseorang massa mencoba memasuki ruangan DPR.
Baca Juga: Penilaian diplomat senior China terkait hubungan dengan AS jelang Trump lengser
Ratusan anggota DPR, staf dan pers kemudian dievakuasi ke lokasi yang dirahasiakan.
Pejabat pemilihan dari kedua partai dan pengamat independen mengatakan, tidak ada kecurangan yang signifikan dalam pemilu 3 November 2020 lalu yang dimenangkan Biden dengan lebih dari 7 juta suara dalam pemilihan umum nasional.
Beberapa minggu telah berlalu sejak negara bagian menyelesaikan sertifikasi bahwa Biden memenangkan pemilihan dengan 306 suara Electoral College dibandingkan dengan 232 suara Trump. Tantangan luar biasa Trump terhadap kemenangan Biden telah ditolak oleh pengadilan di seluruh negeri.
"Jika pemilihan ini dibatalkan hanya dengan tuduhan dari pihak yang kalah, demokrasi kita akan memasuki spiral kematian," kata Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, yang membantu memberikan Trump beberapa pencapaian terbesarnya.
Baca Juga: Iran ancam Amerika Serikat, jelang setahun pembunuhan Jenderal Soleimani