Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angkatan bersenjata Iran melancarkan serangan besar-besaran ke Israel pada Selasa 1 Oktober 2024 dengan menembakkan sekitar 200 rudal balistik. Meskipun demikian Israel dan Amerika Serikat mengklaim sebagian besar rudal tersebut berhasil dihancurkan sebelum mencapai target, beberapa di antaranya sempat mengenai sasaran dan menimbulkan kerusakan ringan.
Seperti disampaikan Juru Bicara Pentagon Mayor Jenderal Angkatan Udara AS Pat Ryderdalam sebuah konferensi pers, (1/10) Amerika mengutuk serangan yang dilakukan oleh Iran, "Kami mendesak Iran untuk menghentikan serangan lebih lanjut, termasuk melalui kelompok-kelompok proksi," ujar Juru Bicara Pentagon dalam pernyataan resmi Kementerian Pertahanan AS.
Ia menyatakan selama serangan Iran tersebut berlangsung, militer AS bekerja sama erat dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk membantu pertahanan Israel.
Baca Juga: Giliran Pendukung Iran Menyerang Militer AS di Suriah, Rudal Hisbullah Serang Israel
Dua kapal perusak kelas Arleigh Burke, USS Cole dan USS Bulkeley, yang ditempatkan di Mediterania Timur, menembakkan selusin rudal pencegat ke arah rudal balistik Iran yang mendekat sebagai bagian dari upaya pertahanan Israel. Namun, Ryder mengakui bahwa belum diketahui apakah rudal pencegat tersebut berhasil menjatuhkan rudal Iran.
Ryder menambahkan bahwa serangan kali ini hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan serangan serupa yang terjadi pada 13 dan 14 April lalu. Sama seperti serangan sebelumnya, AS kembali terlibat dalam membantu pertahanan Israel.
Ryder juga menyebutkan bahwa penilaian awal menunjukkan semua rudal yang diluncurkan berasal langsung dari Iran, bukan dari negara-negara proksi. Hal ini memperkuat dugaan bahwa Iran memang berniat menimbulkan kerusakan signifikan di wilayah Israel.
"Anda tidak akan meluncurkan rudal sebanyak itu tanpa niat untuk menghancurkan sesuatu," kata Ryder. "Seperti serangan sebelumnya, tujuan mereka adalah menyebabkan kehancuran. Beruntung, Israel memiliki kemampuan pertahanan udara yang sangat baik, atas bantuan Amerika Serikat dan sektunya. Selain itu Amerika Serikat berperan penting dalam membantu pertahanan atas serangan tersebut.
Indikasi awal menunjukkan bahwa kerusakan di darat minimal, dan Israel berhasil mempertahankan diri dari serangan rudal Iran dengan efektif.
Ryder juga mengonfirmasi bahwa tidak ada personel AS yang terluka dalam serangan tersebut.
Selain itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd J. Austin III telah berkomunikasi dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, setidaknya dua kali hari ini, baik sebelum maupun selama serangan terjadi. Austin menegaskan kembali komitmen kuat AS terhadap pertahanan Israel dan menekankan bahwa AS berada dalam posisi siap di seluruh wilayah Timur Tengah untuk melindungi pasukan AS serta mempertahankan Israel dari ancaman Iran dan kelompok bersenjata yang didukung Iran.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah WTI Naik Lebih dari US$1 Setelah Iran Serang Israel
Tanggapan Iran
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengeluarkan peringatan tegas kepada Israel bahwa rezim tersebut akan menerima respons yang lebih menghancurkan jika melakukan kesalahan. Peringatan ini disampaikan Pezeshkian pada Rabu, dalam sesi kabinet, di mana ia memuji Operasi Militer yang disebut "Operation True Promise 2" yang dilancarkan Iran terhadap rezim Zionis Israel.
Operasi serangan terhadap Israel tersebut berlangsung pada Selasa (1/10) malam sebagai bentuk balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada 31 Juli, serta pembunuhan Sekretaris Jenderal Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, dan seorang penasihat militer Iran di Beirut, pada hari Jumat sebelumnya.
Pezeshkian menegaskan bahwa Iran tidak akan berkompromi atas kehormatan dan martabat bangsanya. Ia menyebut respons rudal Iran sebagai operasi yang membanggakan. Ia juga menekankan bahwa serangan tersebut membuktikan bahwa sistem pertahanan Iron Dome Israel "lebih rapuh dari kaca."
Baca Juga: Iran Serang Israel, Tensi di Timur Tengah Kian Memanas
Pezeshkian mengungkapkan bahwa negara-negara Barat berulang kali meminta Iran untuk menahan diri setelah pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran. Mereka juga berjanji untuk menciptakan gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina. Namun, rezim kriminal Israel terus membunuh perempuan dan anak-anak di Gaza, serta memperluas kejahatannya ke Lebanon dengan ledakan-ledakan yang terjadi di sana.
Ia juga mengkritik keras standar ganda dan ketidakpedulian organisasi internasional dan negara-negara Barat terhadap kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis. Di hadapan Majelis Umum PBB, di mana keamanan internasional dan perdamaian dunia seharusnya dijaga, perdana menteri kriminal Israel, yang bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu perempuan dan anak-anak Palestina, dengan terbuka mengancam Iran. Pezeshkian menyayangkan bahwa negara-negara yang hadir dalam pertemuan tersebut tetap diam atas tindakan Israel.
Ia menegaskan bahwa sangat memalukan bagaimana organisasi internasional dan negara-negara Barat bisa dengan mudah membiarkan seorang kriminal melakukan kejahatan paling keji, namun masih mengklaim membela hak asasi manusia dan martabat. Meski Iran tidak mencari perang, mereka tidak takut menghadapinya. Pezeshkian menegaskan bahwa Republik Islam Iran berusaha sebaik mungkin untuk menjaga keamanan, kehormatan, dan kedaulatan bangsanya.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Turun Selasa (1/10), Iran Serang Israel dan Saham Pertahanan Naik