Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - ZURICH. Perusahaan asuransi global diprediksi akan membayarkan klaim sekitar US$ 135 miliar atau secara Rp 2,13 kuadriliun sepanjang tahun 2024 untuk menanggung kerugian akibat bencana alam.
Menurut laporan Swiss Re Institut, bencana alam seperti banjir, badai, dan angin topan diperkirakan akan menyebabkan peningkatan kerugian industri asuransi tahun ini sebesar 17% dari tahun sebelumnya.
Total kerugian ekonomi tahun ini akibat bencana alam diprediksi mencapai US$ 310 miliar secara global, naik 6% dari tahun sebelumnya. Artinya, bagian yang ditanggung oleh perusahaan asuransi mencapai 43,5%.
Tahun ini merupakan tahun kelima berturut-turut kerugian akibat bencana alam yang diasuransikan mencapai US$ 100 miliar.
Baca Juga: Menilik Prospek Asuransi Umum pada Tahun Depan
“Perubahan iklim memainkan peran yang semakin besar dalam kerugian tersebut,” kata Balz Grollimund, Kepala Bencana dan Bahaya Swiss Re dilansir dilansir dari Bloomberg, Jumat (6/12),
Selain karena meningkatnya risiko bencana alam, kenaikan kerugian beban yang ditanggung perusahaan asuransi itu juga didorong adanya kenaikan inflasi sehingga biaya untuk membangun kembali properti yang diasuransikan meningkat.
AS mengalami dua pertiga dari kerugian yang diasuransikan, dengan Badai Helene dan Badai Milton mengakibatkan kerusakan mendekati US$ 50 miliar.
Eropa dan Timur Tengah dilanda banjir besar dan mengalami kerugian yang diasuransikan mendekati US$ 13 miliar. Dari jumlah tersebut, US$ 10 miliar diatribusikan ke Eropa.
Di Eropa Tengah, banjir yang disebabkan oleh badai Boris melanda Republik Ceko, Polandia, dan Austria dan juga mempengaruhi sebagian wilayah Slowakia, Rumania, dan Italia.
Dengan meningkatnya risiko bencana alam dan tingkat harga yang lebih tinggi, Swiss Re Institute melihat kenaikan tahunan sebesar 5%-7% dalam kerugian yang diasuransikan akan terus berlanjut.
Baca Juga: Menjelang Akhir Tahun, Industri Asuransi Hadapi Tantangan dan Optimisme Pertumbuhan
Swiss Re, yang bertindak sebagai perusahaan asuransi bagi perusahaan asuransi, menekankan dampak perubahan iklim. Tahun ini telah dinyatakan sebagai tahun terpanas sejak pencatatan dimulai.
Baru-baru ini, China sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia yang menurut para ilmuwan, melaporkan musim gugur terhangat yang pernah tercatat.
Pemanasan global dapat membuat cuaca ekstrem lebih sering terjadi dan lebih hebat, tidak hanya melalui suhu tinggi tetapi juga efek lanjutan dari panas ekstra di atmosfer dan laut.