Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KCNA juga menambahkan bahwa hal itu akan meningkatkan kesiapan militer negara tersebut dalam menghadapi “gerakan militer berbahaya” musuh-musuhnya.
Setelah upaya peluncuran pada bulan Mei, Korea Selatan mengambil puing-puing satelit tersebut dari laut dan mengatakan bahwa analisis menunjukkan bahwa satelit tersebut hanya digunakan secara terbatas sebagai platform pengintaian.
Marco Langbroek, pakar satelit di Universitas Teknologi Delft di Belanda, mengatakan meskipun satelit “observasional” yang diluncurkan Korea Utara mencapai orbit pada tahun 2012 dan 2016, tidak diketahui apakah satelit tersebut benar-benar berfungsi dan keduanya terbakar di atmosfer tahun ini.
Para analis mengatakan bahkan sistem satelit yang belum sempurna dapat memberi Korea Utara kemampuan pertamanya untuk memantau pasukan AS, Korea Selatan, dan Jepang dari jarak jauh.
Kemampuan seperti itu memungkinkan Korea Utara untuk menargetkan senjatanya jika terjadi perang.
"Namun wawasan yang lebih luas mengenai pergerakan pasukan sekutu juga dapat membantu memberikan tingkat kepastian dan stabilitas," kata Ankit Panda dari Carnegie Endowment for yang berbasis di AS.
Baca Juga: Rusia Siagakan Rudal Balistik Berkemampuan Nuklir Avangard
Alarm Darurat
Militer Korea Selatan mengatakan mereka yakin roket tersebut membawa satelit pengintai dan diluncurkan ke arah selatan.
Melalui sistem penyiaran daruratnya, pemerintah Jepang memerintahkan penduduk di Okinawa untuk berlindung di dalam gedung atau di bawah tanah.
Belakangan dikatakan bahwa roket tersebut tampaknya terbang melewati Okinawa menuju Samudera Pasifik, dan pihaknya mencabut peringatan daruratnya.
Dalam sambutan singkatnya kepada wartawan setibanya di kantornya, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengulangi bahwa peluncuran rudal Korea Utara merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan merupakan ancaman terhadap keselamatan warga negara Jepang.
“Kami telah mengajukan protes keras dan mengutuk Korea Utara dengan keras,” katanya.
Baca Juga: Jepang Gelar Latihan Militer di Laut China Timur, Pakai Kendaraan Serbu Amfibi
Sebelumnya pada hari Selasa, Kishida mengatakan sistem pertahanan negaranya, termasuk kapal perusak Aegis dan rudal pertahanan udara PAC-3, siap menghadapi “situasi tak terduga” yang muncul.
Jepang tidak mengambil tindakan untuk menghancurkan roket tersebut kata Penjaga Pantai, mengutip Kementerian Pertahanan.
Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat telah berkoordinasi untuk menempatkan kapal perusak Aegis yang melacak peluncuran tersebut dan berbagi data, kata militer Korea Selatan.