Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Korea Utara dilaporkan telah berhasil melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh terbarunya pada hari Senin (13/9). Uji coba kali ini jelas sangat mengejutkan di tengah terhambatnya pembicaraan dengan Amerika Serikat.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa rudal-rudal tersebut melakukan perjalanan selama 7.580 detik di sepanjang orbit penerbangan oval dan pola berbentuk angka 8 di udara di atas perairan Korea Utara, sebelum akhirnya menghantam target yang berjarak 1.500 km.
Lebih lanjut, KCNA mengatakan bahwa pengembangan rudal jarak jauh, yang merupakan senjata strategis, telah dilakukan sesuai dengan penelitian ilmiah dan proses pengembangan sistem senjata yang andal selama dua tahun terakhir.
"Tes rinci bagian rudal, skor tes dorongan mesin, berbagai tes penerbangan, tes kontrol dan bimbingan, tes kekuatan hulu ledak, dll dilakukan dengan sukses," tulis KCNA, seperti dikutip Yonhap.
Pak Jong Chon, anggota Presidium politbiro Partai Buruh, dilaporkan menyaksikan langsung uji coba kali ini bersama dengan pejabat lainnya. Namun, KCNA melaporkan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tidak hadir.
Baca Juga: Foto-foto dari Korea Utara menunjukkan Kim Jong Un tambah kurus, ini analisa pakar
Berpotensi membawa hulu ledak nuklir
Melansir Yonhap, para ahli militer mengatakan rudal baru milik Korea Utara ini mirip dengan rudal jarak jauh Tomahawk milik AS dan rudal jelajah Hyunmoo-3C Korea Selatan.
Meski tidak memiliki jangkauan sejauh rudal balistik, rudal jelajah sejenis ini masih sangat mengancam karena terbang dalam garis yang relatif lurus dan pada ketinggian rendah, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi. Rudal jelajah juga dapat membawa hulu ledak nuklir
Jeffrey Lewis, seorang peneliti rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies, mengatakan rudal jelajah serangan darat jarak menengah merupakan kemampuan yang cukup serius bagi Korea Utara.
"Ini adalah sistem lain yang dirancang untuk terbang di bawah radar pertahanan rudal atau di sekitarnya," kata Lewis di Twitter, seperti dikutip Reuters.
Lebih lanjut, rudal jelajah dan rudal balistik jarak pendek yang dapat dipersenjatai dengan bom konvensional atau nuklir sangat mengganggu kestabilan jika terjadi konflik karena tidak jelas jenis hulu ledak yang mereka bawa.