Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL/WASHINGTON. Pada Rabu (1/11/2022), Korea Utara mengatakan AS dan Korea Selatan akan mendapat balasan yang mengerikan jika mereka memutuskan untuk menyerang Korea Utara, dengan alasan latihan militer gabungan.
Seperti yang diketahui, latihan militer gabungan ini tengah berlangsung, yang bertujuan untuk mempersiapkan potensi invasi.
Mengutip Yonhap, Pak Jong-chon, sekretaris Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa di Utara, juga meminta Seoul dan Washington untuk menghentikan apa yang dia klaim sebagai provokasi militer terhadap Pyongyang.
"Jika AS dan Korea Selatan berusaha menggunakan angkatan bersenjata melawan DPRK tanpa rasa takut, sarana khusus angkatan bersenjata DPRK akan menjalankan misi strategis mereka tanpa penundaan. AS dan Korea Selatan harus menghadapi kasus yang mengerikan dan membayar harga paling mengerikan dalam sejarah," kata pejabat Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi negara itu.
DPRK adalah singkatan dari Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara.
Baca Juga: Latihan Angkatan Udara Korsel-AS Dimulai, Bakal Libatkan 240 Pesawat
"Perlu dicatat bahwa dalam situasi saat ini, adalah kesalahan besar untuk menerima ini sebagai peringatan ancaman saja," tambah Pak, menurut KCNA.
Pernyataan itu muncul saat Seoul dan Washington mengadakan latihan udara gabungan, yang disebut Vigilant Storm.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara pada Senin (waktu Seoul) menuduh latihan militer gabungan itu sebagai provokasi militer yang "tak henti-hentinya dan sembrono".
Pak berpendapat latihan itu dinamai Operasi Badai Gurun, nama kode untuk operasi militer dalam Perang Teluk 1990-1991, dan itu mewakili niat sekutu untuk memprovokasi, jika tidak menyerang, Korea Utara.
Juru bicara Pentagon Brig. Jenderal Pat Ryder sebagian menolak tuduhan itu, dengan mengatakan bahwa Vigilant Storm telah lama direncanakan dan ditujukan untuk meningkatkan kesiapan bersama sekutu.
Baca Juga: Bisa Jangkau China dan Rusia, Jepang Incar Rudal Jelajah Tomahawk AS
“Acara tahun ini, yang telah lama dijadwalkan, akan memperkuat kemampuan operasional dan taktis, operasi udara gabungan dan mendukung postur pertahanan gabungan kami yang kuat,” kata Ryder tentang latihan bersama dalam konferensi pers harian.
Juru bicara itu menolak berkomentar langsung atas tuduhan Korea Utara, tetapi mengulangi sifat defensif dari latihan udara tersebut.
“Latihan yang kami lakukan adalah latihan yang direncanakan lama yang berfokus pada peningkatan interoperabilitas pasukan kami untuk bekerja sama membela Republik Korea dan sekutu kami di kawasan itu,” katanya, merujuk pada Korea Selatan dengan nama resminya.
Korea Utara rencanakan uji coba nuklir pertama
Kepala pengawas nuklir PBB mengatakan, saat ini dunia tengah menahan napas setelah peringatan bahwa Korea Utara mungkin akan memicu uji coba nuklir ketujuh.
Melansir The Telegraph, Rafael Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional, mengatakan uji coba nuklir akan menjadi konfirmasi lebih lanjut dari sebuah program yang sedang bergerak maju dengan cara yang sangat memprihatinkan.
Baca Juga: Dunia Menahan Napas, Korea Utara Rencanakan Uji Coba Nuklir Pertama dalam Lima Tahun
"Semua orang menahan napas tentang ini," jelasnya saat berbicara kepada wartawan di New York pada hari Kamis (27/10/2022).
Dia menambahkan bahwa uji coba lebih lanjut, berarti Korea Utara telah menyempurnakan persiapan dan pembangunan gudang senjata mereka.
Ketegangan meningkat tahun ini di Semenanjung Korea, di mana Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara, meluncurkan sejumlah rudal balistik yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk yang terbang di atas langit Jepang awal bulan ini.