Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Maxwell menambahkan, dalam pernyataan yang dia kirim melalui email, bahwa jika laporan tersebut terbukti benar, maka akan menyebabkan ketidakstabilan yang signifikan di dalam Korea Utara.
Hal itu tentu saja, imbuhnya, berimplikasi pada pengambilan keputusan Kim Jong Un dalam situasi kriris.
Laporan tentang adanya kamp karantina Covid-19 rahasia bertepatan dengan laporan upaya Korea Utara untuk meretas sejumlah perusahaan yang mengembangkan vaksin Covid-19.
Baca Juga: Kian waspada, Korea Selatan selidiki 10 dugaan kasus flu burung yang sangat patogen
Perusahaan yang coba diretas hacker Korea Utara salah satunya adalah raksasa farmasi AS, Johnson & Johnson. Sejumlah sumber, yang terlibat dalam penyelidikan dugaan peretasan, mengatakan upaya peretasan tersebut dimulai pada Agustus dan September.
Ketika itu, perlombaan untuk mengembangkan vaksin virus corona semakin meningkat di antara perusahaan farmasi di AS, Inggris, Korea Selatan dan lainnya, menurut laporan oleh Reuters dan The Wall Street Journal.
Sementara itu, Kim Jong Un belum mengonfirmasi satu pun kasus virus korona di Korea Utara. Namun, pejabat Korea Selatan dan AS mengatakan laporan tersbeut cukup meragukan karena Korea Utara dan China terlibat dalam perdagangan yang signifikan.
Baca Juga: Perketat perbatasan, perdagangan antara Korea Utara dan China turun tajam
Selain itu, Korea Utara baru menutup perbatasannya tak lama setelah Covid-19 benar-benar menyebar pada awal 2020.