Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MITROVICA. Ketegangan antara Serbia dan Kosovo masih berlanjut. Kali ini pemerintah Kosovo menuduh tetangganya itu sedang berusaha menciptakan suasana tidak stabil di negaranya.
Menteri Dalam Negeri Kosovo, Xhelal Svecla, pada hari Selasa (27/12) mengatakan bahwa Serbia ada di bawah pengaruh Rusia dalam mengacaukan Kosovo dengan mendukung masyarakat minoritas Serbia di Kosovo utara yang telah melakukan protes selama hampir tiga minggu.
"Justru Serbia, yang dipengaruhi oleh Rusia, yang telah meningkatkan status siaga militer dan memerintahkan pembangunan barikade baru. Itu dilakukan untuk melindungi kelompok kriminal yang meneror warga etnis Serbia yang tinggal di Kosovo," kata Svecla dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
Serbia tentu menyangkal tuduhan tersebut. Pemerintahnya menegaskan bahwa upaya barikade bertujuan untuk melindungi warganya yang tinggal di Kosovo.
Baca Juga: 10 Negara Dengan Armada Angkatan Laut Terbesar di Tahun 2022
Orang-orang Serbia di kota Mitrovica yang terbagi secara etnis di Kosovo utara mendirikan barikade baru pada Selasa. Beberapa jam sebelumnya, Serbia mengatakan telah menempatkan tentaranya dalam siaga tempur tertinggi setelah berminggu-minggu meningkatnya ketegangan antara Serbia dan Kosovo.
Sejak 10 Desember lalu warga Serbia di Kosovo utara telah membangun banyak penghalang jalan di dalam dan sekitar kota Mitrovica setelah penangkapan seorang mantan polisi Serbia karena diduga menyerang petugas polisi.
Baku tembak antara warga dengan polisi pun kerap terjadi sejak saat itu.
Pemerintah Kosovo mengatakan polisi memiliki kapasitas dan kesiapan untuk bertindak, tetapi sedang menunggu pasukan penjaga perdamaian NATO di Kosovo (KFOR) untuk menanggapi permintaan mereka dalam menghapus barikade.
Sementara itu, Serbia menuntut pembebasan petugas yang ditangkap dan memiliki tuntutan lain sebelum mereka menghapus barikade.
Baca Juga: Serbia-Kosovo Memanas, Militer Kedua Negara Bersiaga
Hubungan Kosovo dan Serbia
Kosovo, yang mayoritas penduduknya berasal dari Albania, mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada 2008 dengan dukungan Barat. Kemerdekaan diperoleh sebagai hasil perang tahun 1998-1999 di mana NATO campur tangan untuk melindungi warga etnis Albania.
Kosovo sampai saat ini belum menjadi anggota PBB. Lima negara Uni Eropa, yakni Spanyol, Yunani, Rumania, Slovakia, dan Siprus, juga menolak untuk mengakui status kenegaraan Kosovo.
Rusia, yang secara historis merupakan sekutu Serbia, juga memblokir keanggotaan Kosovo di PBB.
Mengutip Reuters, sekitar 50.000 orang Serbia tinggal di bagian utara Kosovo dan menolak mengakui pemerintahan Kosovo di ibu kota Pristina. Mereka melihat Belgrade, ibu kota Serbia, sebagai ibu kota mereka.