kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kota di China ini tengah bersiap merilis aturan larangan konsumsi anjing dan kucing


Kamis, 27 Februari 2020 / 15:55 WIB
Kota di China ini tengah bersiap merilis aturan larangan konsumsi anjing dan kucing


Sumber: South China Morning Post,Channel News Asia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Salah satu kota besar di China, Shenzhen, tengah menyiapkan rancangan peraturan yang melarang warganya untuk mengonsumsi kucing dan anjing setelah merebaknya wabah COVID-19 atau virus corona.

Melansir Channel News Asia, peraturan yang diusulkan dari pemerintah kota itu mencantumkan sembilan daging yang diizinkan untuk dikonsumsi, termasuk daging babi, ayam, sapi dan kelinci, serta ikan dan makanan laut.

Daging lain yang juga diizinkan untuk dikonsumsi adalah domba, keledai, bebek, angsa, dan merpati.

Baca Juga: Belum ada satu pun kasus virus corona di Korea Utara, ini rahasianya

"Melarang konsumsi hewan liar adalah praktik umum di negara maju dan merupakan persyaratan universal peradaban modern," kata pemberitahuan itu seperti yang dikutip dari Channel News Asia.

Para ilmuwan menduga, virus baru COVID-19 menular ke manusia dari hewan. Beberapa infeksi paling awal ditemukan pada orang-orang yang terpapar ke pasar satwa liar di ibukota provinsi Hubei, Wuhan, di mana kelelawar, ular, musang, dan hewan lainnya dijual.

Dokumen tersebut mengakui status anjing dan kucing sebagai hewan peliharaan dan akan melarang untuk mengonsumsi mereka. Ular, kura-kura dan katak dikeluarkan dari daftar yang disetujui, meskipun menjadi hidangan populer di China selatan.

Baca Juga: Irak laporkan kasus virus korona pertama di Baghdad, total ada 6 kasus

"Larangan makan daging anjing dan kucing di Shenzhen akan sangat disambut baik," kata Peter Li, pakar kebijakan China untuk Humane Society International, sebuah kelompok kesejahteraan hewan, kepada Channel News Asia.

Dia menambahkan, "Meskipun perdagangan di Shenzhen cukup kecil dibandingkan dengan provinsi lainnya, Shenzhen masih merupakan kota besar dan lebih besar dari Wuhan, jadi ini akan sangat signifikan dan bahkan dapat memiliki efek domino dengan mengikuti kota-kota lain."

Rancangan aturan itu mencatat ada lebih dari 2.000 spesies satwa liar yang dilindungi di Tiongkok.

Proposal Shenzhen mengikuti keputusan pemerintah pusat pada hari Senin untuk larangan langsung dalam perdagangan dan konsumsi hewan liar, setelah disuspensi awal pada bulan Januari.

Baca Juga: Kisah dramatis bagaimana kasus virus corona meledak di gereja dan rumah sakit Korsel

Mengutip South China Morning Post, Shenzhen, yang merupakan kota pusat teknologi di perbatasan Hong Kong, mengatakan mereka yang melanggar peraturan akan didenda hingga 20.000 yuan (lebih dari US$ 2.800). Laporan itu juga mengatakan bahwa memakan hewan ternak yang tidak muncul dalam daftar putih (white list) juga akan dilarang karena akan terlalu sulit untuk mengetahui apakah daging itu merupakan hasil budidaya atau diburu.

Baca Juga: Taiwan meningkatkan tingkat respons epidemi ke level tertinggi virus corona

Meski demikian, dalam peraturan baru tersebut, penggunaan hewan liar untuk tujuan ilmiah dan medis masih tetap diperbolehkan. Akan tetapi aturan itu tetap menekankan bahwa pengelolaan fasilitas tersebut perlu diperkuat.




TERBARU

[X]
×