Sumber: TheIndependent.co.uk | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebuah kota di Jepang, Toyoake yang terletak di Prefektur Aichi, resmi mengesahkan peraturan non-mengikat yang mendorong warganya membatasi penggunaan ponsel pintar, konsol gim, dan perangkat digital lainnya. Aturan ini akan mulai berlaku pada 1 Oktober 2025.
Kebijakan tersebut dianggap sebagai yang pertama di Jepang dan bertujuan menekan dampak negatif dari paparan layar berlebihan terhadap kesehatan fisik maupun psikologis, terutama bagi anak-anak dan remaja.
Batasan Waktu untuk Anak dan Remaja
Dalam pedoman baru itu, masyarakat diminta untuk membatasi penggunaan perangkat digital di luar kebutuhan sekolah dan pekerjaan maksimal dua jam per hari.
Secara khusus, anak-anak sekolah dasar disarankan untuk tidak menggunakan ponsel setelah pukul 21.00, sedangkan pelajar SMP dan setingkatnya sebaiknya berhenti pada pukul 22.00.
Baca Juga: Nikkei Rebound! Ini Pemicu Pasar Jepang Bangkit dari Kekhawatiran
Pemerintah kota menekankan bahwa istirahat cukup sangat penting bagi tumbuh kembang anak di bawah usia 18 tahun.
Peran Orang Tua dan Dukungan Pemerintah
Peraturan ini juga mendorong orang tua dan wali agar menetapkan aturan jelas di rumah terkait penggunaan gawai. Pemerintah kota berencana menyediakan layanan konsultasi bagi orang tua yang membutuhkan panduan dalam mengatur waktu layar anak.
Meskipun sifatnya hanya berupa imbauan dan tidak disertai sanksi, aturan ini diharapkan mampu menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Dampak Negatif Paparan Layar Berlebihan
Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa paparan layar berlebihan, khususnya di malam hari, dapat mengganggu pola tidur. Kurang tidur pada anak dan remaja sering dikaitkan dengan masalah seperti:
-
Penurunan kemampuan kognitif
-
Gangguan suasana hati
-
Melemahnya sistem imun
-
Risiko obesitas
Selain itu, penelitian terbaru juga menemukan bahwa mengurangi penggunaan ponsel pintar, terutama untuk browsing internet, dapat meningkatkan fokus dan kebahagiaan.
Tren Global: Pembatasan Gawai di Sekolah
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Jepang. Tahun lalu, Inggris memperkenalkan panduan baru yang mendorong sekolah untuk membatasi atau bahkan melarang penggunaan ponsel guna meminimalisasi gangguan belajar.
Baca Juga: Calon PM Jepang Takaichi Usulkan Pemotongan Pajak Penghasilan dan Bantuan Tunai
Beberapa sekolah menerapkan larangan penuh, sementara yang lain mewajibkan siswa menyerahkan ponsel di awal hari sekolah.
Pola Tidur Malam dan Risiko Adiksi Ponsel
Studi lain di Inggris mengungkapkan bahwa orang yang terbiasa tidur larut malam lebih rentan mengalami adiksi ponsel. Mereka cenderung menggunakan media sosial untuk mengatasi rasa kesepian atau kecemasan, tetapi justru berisiko memperburuk kondisi mental.
Peneliti menyebut kondisi ini sebagai “lingkaran setan”, terutama pada kalangan dewasa muda.
Pejabat di Jepang menegaskan bahwa aturan baru ini bisa menjadi model bagi kota lain atau bahkan kebijakan nasional, apabila hasil implementasinya terbukti positif.