kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.263.000   -4.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.658   20,00   0,12%
  • IDX 8.184   17,84   0,22%
  • KOMPAS100 1.144   4,60   0,40%
  • LQ45 837   0,23   0,03%
  • ISSI 284   -0,42   -0,15%
  • IDX30 441   0,53   0,12%
  • IDXHIDIV20 509   0,80   0,16%
  • IDX80 128   -0,10   -0,08%
  • IDXV30 138   -0,14   -0,10%
  • IDXQ30 140   -0,44   -0,31%

Krisis Chip Jadi Ancaman Produksi Mobil Global


Kamis, 30 Oktober 2025 / 12:42 WIB
Krisis Chip Jadi Ancaman Produksi Mobil Global
ILUSTRASI. Chip MCU otomotif yang dikembangkan oleh GWM


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Produsen mobil global tengah bergegas mencari pasokan chip semikonduktor dan memeriksa stok mereka, setelah krisis pasokan chip. Krisis ini terjadi setelah China melarang ekspor produk Nexperia dari China menyusul keputusan pemerintah Belanda yang menyita kendali atas perusahaan tersebut bulan lalu. 

Langkah itu dilakukan karena kekhawatiran akan potensi alih teknologi ke perusahaan induk Nexperia asal China, Wingtech, yang sebelumnya telah diidentifikasi oleh Amerika Serikat sebagai ancaman keamanan nasional. Pada Rabu (29/10), Asosiasi Produsen Otomotif Eropa (ACEA) memperingatkan gangguan besar terhadap jadwal produksi mobil di Eropa akan segera terjadi akibat kekurangan chip terkait Nexperia.

"Industri saat ini masih bertahan dengan stok cadangan, namun pasokan menipis dengan cepat," kata ACEA. Dalam beberapa bulan ke depan butuh stok baru dari pemasok alternatif 

Baca Juga: Pernyataan Hasil FOMC Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) 29 Oktober 2025

Beberapa produsen besar seperti Nissan Motor dan Mercedes-Benz kini tengah berupaya mengelola situasi pasokan yang tidak pasti. Nissan menyebut masih memiliki cukup chip hingga pekan pertama November. Sementara Honda telah menghentikan produksi di pabriknya di Meksiko pada Selasa lalu, serta mulai menyesuaikan produksi di Amerika Serikat dan Kanada.

Seorang pejabat pemerintah Brasil memperingatkan beberapa produsen di negara tersebut dapat menghentikan operasi dalam dua hingga tiga minggu jika krisis ini terus berlanjut.

Chip produksi Nexperia banyak digunakan dalam berbagai komponen otomotif, menjadikan krisis ini tantangan terbaru bagi industri yang sebelumnya telah tertekan oleh tarif perdagangan AS dan pembatasan ekspor mineral langka dari China.

"Ini masalah besar," ujar Guillaume Cartier, Chief Performance Officer Nissan, di ajang Japan Mobility Show di Tokyo. Untuk saat ini dia menyebut Nissan hanya memiliki kepastian pasokan hingga awal November.

Cartier menambahkan meskipun para produsen mobil telah belajar dari krisis chip selama pandemi dan menimbun stok, mereka tetap bergantung pada rantai pasok, termasuk pemasok kecil. "Kita bisa memantau pemasok besar, tapi semakin ke bawah rantai pasok, situasinya makin sulit diprediksi," ujarnya.

Sementara itu, CEO Lucid Group, Marc Winterhoff, mengatakan tim teknis perusahaannya sedang mencari sumber chip alternatif, dan dampak terhadap jadwal produksi dapat ditekan. "Situasinya berkembang ke arah yang lebih baik," ujarnya dalam konferensi Reuters Automotive USA di Detroit.

Pihak General Motors (GM) menyatakan masih mampu mengelola kondisi ini dan belum terdampak pada output pabrik.

CEO Mercedes-Benz, Ola Kaellenius, menegaskan pihaknya mencari pasokan chip di seluruh dunia untuk memastikan keberlanjutan produksi. Ia menyebut kondisi saat ini berbeda dengan krisis chip sebelumnya karena akar masalahnya bersifat politis dan memerlukan solusi politik.

"Ini mengingatkan kami bahwa rantai pasok global membuat produsen rentan terhadap gesekan perdagangan internasional," kata Kaellenius. Dalam mobil modern berteknologi tinggi, hampir seluruh benua terlibat di dalamnya.

Klaus Schmitz, mitra di firma konsultan Arthur D. Little, menilai para produsen mobil akan mengambil langkah seperti penghentian sementara produksi atau penggunaan komponen alternatif untuk bertahan. Namun, ia menilai bahwa pada akhirnya, perusahaan dan pemerintah perlu duduk bersama China untuk mencari solusi diplomatik.

"Negosiasi pasti akan terjadi, baik antara perusahaan maupun antar pemerintah—terutama AS dan China," ujar Schmitz. Dia menyebut, dampak sebenarnya masih harus dilihat, tetapi situasinya sangat kritis.

Selanjutnya: Hero Global (HGII) Pacu Ekspansi ke Energi Air, Bidik Proyek PLTA dan PLTM Milik PLN

Menarik Dibaca: Promo Sushikun AMA5ING sampai 16 November, All You Can Eat Sushi Cuma Rp 99K/Pax




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×