Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - KOLOMBO. Sri Lanka saat ini sedang berjuang untuk mengumpulkan dana senilai US$ 587 juta untuk membayar sekitar setengah lusin pengiriman bahan bakar. Hal tersebut diungkapkan oleh seorang menteri pada Minggu (3/7/2022). Saat ini, negara yang kekurangan uang itu berusaha mengatasi krisis keuangan terburuknya dalam beberapa dekade.
Melansir Reuters, negara berpenduduk 22 juta orang ini tidak mampu membayar impor bahan makanan, pupuk, obat-obatan dan bahan bakar yang penting karena krisis dolar yang parah.
Menteri Tenaga dan Energi Kanchana Wijesekera mengatakan pengiriman bahan bakar baru sedang disiapkan tetapi negara tersebut sedang berjuang untuk mengumpulkan dana yang cukup untuk membayar karena bank sentral hanya dapat memasok sekitar US$ 125 juta.
Menurut Wijesekera, saat ini Sri Lanka hanya memiliki 12.774 ton solar dan 4.061 ton bensin yang tersisa di cadangan pemerintahnya.
"Minggu ini kami membutuhkan US$ 316 juta untuk membayar pengiriman baru. Jika kami menambahkan dua pengiriman minyak mentah, jumlah ini meningkat menjadi US$ 587 juta," kata Wijesekera.
Baca Juga: Sri Langkah Dilanda Krisis Ekonomi, Ini yang Harus Diwaspadai Indonesia
Pengiriman pertama 40.000 ton diesel dari Coral Energy diperkirakan akan tiba sekitar 9 Juli dan pembayaran sebagian sebesar US$ 49 juta harus dilakukan untuk pengiriman kedua dari Vitol pada hari Kamis.
Dihadapkan dengan stok solar dan bensin yang sangat terbatas, Sri Lanka pekan lalu menutup sekolah, meminta pegawai negeri untuk bekerja dari rumah dan membatasi pasokan bahan bakar pemerintah untuk layanan penting.
Menteri mengatakan negara harus berusaha untuk mengumpulkan dana dari pasar terbuka dan mencari opsi pembayaran yang lebih fleksibel dari pemasok.
Rencana untuk menyelesaikan utang US$ 800 juta kepada tujuh pemasok untuk pembelian yang dilakukan tahun ini sedang dibahas, katanya.
Baca Juga: Inilah Biang Kerok Kekacauan Ekonomi di 60 Negara
Pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) akan terus mengadakan pembicaraan dengan Sri Lanka untuk kemungkinan paket bailout senilai US$ 3 miliar. Hal itu diungkapkan oleh IMF pada pekan lalu setelah menyelesaikan kunjungan 10 hari ke Kolombo.
Namun, pelepasan dana segera dari IMF tidak memungkinkan karena negara tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan utangnya ke jalur yang berkelanjutan.