Sumber: The New York Times | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menilai negeri Paman Sam tengah menghadapi krisis politik usai pembunuhan aktivis konservatif Charlie Kirk. Ia mengkritik cara Presiden Donald Trump dan sekutunya memanfaatkan tragedi itu untuk menyerang lawan politik.
Berbicara dalam forum Jefferson Educational Society Global Summit di Erie, Pennsylvania, Obama tidak menyebut nama Trump secara langsung.
Namun ia menyinggung sikap sang presiden yang kerap melabeli lawan politik sebagai “hama” atau musuh yang harus “dihabisi.” Menurut Obama, retorika semacam itu memperburuk polarisasi di masyarakat.
“Ketika saya mendengar bukan hanya presiden saat ini, tapi juga para pembantunya, menyebut lawan politik sebagai ‘vermin’ atau musuh yang harus ditarget, itu menunjukkan persoalan lebih besar yang kita hadapi bersama,” kata Obama.
Baca Juga: Viral Komentar J.K. Rowling Pasca Pembunuhan Charlie Kirk, Apa Katanya?
Kirk tewas ditembak pekan lalu saat menghadiri acara di sebuah universitas di Utah. Jaksa pada Selasa (16/9) mendakwa Tyler Robinson (22) sebagai pelaku pembunuhan dan menyatakan akan menuntut hukuman mati.
Dalam dokumen dakwaan, Robinson mengaku menembak Kirk karena tidak tahan dengan ujaran kebencian yang disebarkan aktivis konservatif itu.
Obama menyebut kematian Kirk sebagai tragedi mengerikan. Namun ia menekankan, perbedaan pandangan politik seharusnya tetap bisa diperdebatkan secara terbuka.
“Baik Demokrat, Republik, maupun independen, kita harus menyadari bahwa di kedua sisi ada orang-orang ekstrem yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar Amerika,” ujarnya.
Membandingkan dengan masa pemerintahannya, Obama menyebut sejumlah pemimpin Republik seperti George W. Bush, John McCain, hingga Mitt Romney memiliki komitmen untuk mempersatukan bangsa.
Baca Juga: FBI: Tersangka Penembak Charlie Kirk Tinggalkan Catatan Ancaman
“Apa yang saya maksud bukanlah nilai Demokrat atau Republik. Itu adalah nilai Amerika. Dan pada saat seperti ini, tugas seorang presiden adalah menyatukan rakyat,” tambahnya.
Obama menilai situasi saat ini telah menjelma “krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Ia mencontohkan saat menghadapi tragedi penembakan gereja di Charleston pada 2015. Menurutnya, sebagai presiden, ia tidak menggunakan kejadian itu untuk menyerang lawan politik.
Sementara itu, Trump dan penasihatnya justru menuding “radikal kiri” berada di balik pembunuhan Kirk, dan berjanji akan menindak kelompok yang dianggap memicu kekerasan politik.