kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.667.000   5.000   0,30%
  • USD/IDR 16.350   -70,00   -0,43%
  • IDX 6.648   -94,43   -1,40%
  • KOMPAS100 985   -10,71   -1,08%
  • LQ45 773   -11,62   -1,48%
  • ISSI 203   -1,54   -0,76%
  • IDX30 399   -7,38   -1,81%
  • IDXHIDIV20 478   -11,28   -2,30%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 117   -1,24   -1,05%
  • IDXQ30 132   -2,70   -2,00%

KTT AI Paris: Para Pemimpin Dunia dan CEO Dorong Regulasi yang Lebih Longgar


Senin, 10 Februari 2025 / 19:00 WIB
KTT AI Paris: Para Pemimpin Dunia dan CEO Dorong Regulasi yang Lebih Longgar
ILUSTRASI. Peserta KTT AI di Paris, Prancis, February 10, 2025. REUTERS/Benoit Tessier


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - PARIS. Para pemimpin dunia dan eksekutif teknologi berkumpul di Paris pada Senin (10/2) untuk membahas cara mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dengan aman.

Di tengah meningkatnya penolakan terhadap regulasi ketat yang dianggap menghambat inovasi.

Antusiasme untuk mengendalikan AI mulai surut sejak pertemuan sebelumnya di Inggris dan Korea Selatan, yang sempat menyoroti risiko teknologi ini setelah ChatGPT viral pada tahun 2022.

Baca Juga: IBM: Kian Banyak Perusahaan Indonesia Pakai AI untuk Meningkatkan ROI

Saat Presiden AS Donald Trump mulai membongkar kebijakan AI pendahulunya untuk meningkatkan daya saing AS, tekanan pun meningkat terhadap Uni Eropa (UE) agar menerapkan pendekatan yang lebih fleksibel guna menjaga daya saing perusahaan teknologi Eropa.

"Jika kita menginginkan pertumbuhan, lapangan kerja, dan kemajuan, kita harus membiarkan para inovator berinovasi, para pembangun membangun, dan para pengembang mengembangkan," ujar CEO OpenAI Sam Altman dalam kolom opini di Le Monde sebelum KTT dimulai.

Beberapa pemimpin UE, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, juga berharap agar UU AI UE (AI Act) diterapkan secara lebih fleksibel untuk mendukung perkembangan startup lokal.

"Ada risiko bahwa beberapa negara memilih untuk tidak memiliki aturan sama sekali, dan itu berbahaya. Tetapi ada juga risiko sebaliknya, jika Eropa justru memiliki terlalu banyak aturan," kata Macron kepada media lokal Prancis.

"Kita tidak boleh takut terhadap inovasi."

Baca Juga: Menilik Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) di Sektor Ritel

Perbedaan Pendekatan Regulasi

Langkah Trump terhadap AI semakin memperjelas perbedaan pendekatan regulasi antara AS, China, dan Uni Eropa.

Tahun lalu, UE menyetujui AI Act, seperangkat aturan komprehensif pertama di dunia untuk mengatur AI.

Namun, tekanan dari perusahaan teknologi dan beberapa negara anggota membuat penerapannya diperkirakan akan lebih longgar.

Sementara itu, China menantang dominasi AS di sektor AI bulan lalu dengan DeepSeek, sistem AI yang memiliki kemampuan bernalar seperti manusia dan didistribusikan secara gratis, mendorong persaingan global semakin ketat.

Baca Juga: Elon Musk Mengaku Tak Tertarik Beli Saham Tiktok

Namun, tidak semua pihak di Paris sepakat dengan pendekatan regulasi yang lebih longgar.

Brian Chen, direktur kebijakan di Data & Society, mengatakan bahwa ada kekhawatiran AS dan negara lain akan mendorong pelemahan AI Act UE.

"Perbedaannya seperti siang dan malam antara AS dan UE saat ini," ujarnya.

Salah satu pionir AI, Yoshua Bengio, menegaskan bahwa AI tingkat lanjut sudah menunjukkan potensi manipulasi dan upaya mempertahankan diri, yang menjadi peringatan bagi risiko masa depan.

"Saya menyampaikan pendapat saya kepada siapa pun yang ingin mendengarnya. Dan saya tidak akan berhenti," ujar Bengio dalam diskusi sampingan KTT tersebut.

Dampak Sosial dan Energi AI

Para pemimpin serikat pekerja juga menyuarakan kekhawatiran terhadap dampak AI pada tenaga kerja.

Menurut Direktur Jenderal Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Gilbert F. Houngbo, klaim bahwa AI akan menciptakan lapangan kerja baru bukanlah solusi sederhana terhadap hilangnya pekerjaan akibat otomatisasi.

Baca Juga: Masa Muda Bill Gates Tidak Mudah, Sempat Disarankan Gurunya Tidak Naik Kelas

"Ada risiko bahwa pekerjaan baru ini akan memiliki upah lebih rendah dan perlindungan yang lebih minim," katanya.

Sekretaris Jenderal UNI Global Union, Christy Hoffman mengatakan bahwa akan ada komitmen dari perusahaan untuk mempromosikan dialog sosial dan perundingan bersama dalam menghadapi pesatnya adopsi AI.

Selain itu, delegasi dalam KTT ini juga akan membahas kebutuhan energi besar AI di tengah krisis iklim serta pemanfaatan AI bagi negara berkembang.

Para pemimpin dunia seperti Wakil Presiden AS JD Vance dan Wakil Perdana Menteri China Zhang Guoqing dipastikan hadir.

Macron dijadwalkan bertemu dengan Zhang pada Senin dan Vance pada Selasa. CEO teknologi papan atas seperti Sundar Pichai (Alphabet/Google) dan Sam Altman (OpenAI) juga akan memberikan pidato dalam pertemuan ini.

Sebagai bagian dari KTT, Prancis akan mengumumkan investasi sektor swasta sebesar 109 miliar euro (sekitar Rp1.830 triliun), kata Macron pada Minggu.

Selanjutnya: Laba Indosat (ISAT) Naik 9% pada 2024, Cermati Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: Daftar Rute dan Harga Tiket Kereta Go Show Tarif Khusus dari Jogja 2025



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×