Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KIEV. Rusia dikabarkan siap mengerahkan pasukan militernya dalam jumlah besar di wilayah selatan Ukraina. Sebagai langkah awal, pasukan Rusia baru saja berhasil menguasai pembangkit listrik terbesar kedua di Ukraina.
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy Oleksiy Arestovych mengonfirmasi perebutan pembangkit listrik di wilayah Donetsk pada Rabu (27/7). Namun, Arestovych meyakinkan, langkah tersebut hanya memberikan keuntungan taktis yang kecil bagi Rusia.
Dilansir dari Reuters, pasukan Rusia pada Rabu mengumumkan, mereka merebut pembangkit listrik tenaga batu bara Vuhlehirsk yang sudah ada sejak era Soviet secara penuh.
Meski dianggap keuntungan kecil oleh pihak Ukraina, bagi Rusia ini adalah kemajuan signifikan yang pertama dalam tiga minggu terakhir.
Baca Juga: Intelijen Inggris: Saat Ini Rusia Bergantung Pada Tentara Bayaran
Lebih lanjut, Arestovych mengatakan, Rusia sedang bersiap untuk mengerahkan pasukan dalam jumlah besar di wilayah selatan, terutama di Melitopol, Zaporizhzhia, dan Kherson.
Ukraina sebelumnya telah menyatakan niatnya untuk merebut kembali Kherson yang telah jatuh ke tangan Rusia pada hari-hari awal perang.
Sementara Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov mengatakan, Rusia sedang memusatkan pasukannya dalam jumlah maksimum ke arah Kherson.
Baca Juga: Militer Ukraina Serang Jembatan Utama yang Dikuasai Rusia di Kherson
Dalam laporannya, Danilov juga memastikan, pasukan Ukraina telah membunuh 66 tentara Rusia dan menghancurkan tiga tank dan dua gudang senjata mereka dalam 24 jam terakhir.
Pasukan Rusia juga dilaporkan melakukan serangan ke kota Mykolaiv dengan beberapa peluncur roket.
Ukraina baru-baru ini melakukan serangan intensif ke satu titik jembatan penting yang melintasi sungai Dnipro di Kherson. Jembatan Antonivskyi merupakan jalur lalu lintas militer Rusia.
Presiden Zelensky kemudian mengumumkan akan membangun kembali jembatan tersebut dan beberapa titik penyeberangan lain yang telah dihancurkan demi menghambat mobilisasi pasukan Rusia.