Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - KABUL. Dua pejabat kesehatan senior Afghanistan menyatakan, lebih dari sepertiga kasus virus corona yang dikonfirmasi di ibukota Afghanistan terjadi pada dokter dan staf kesehatan lainnya.
Mengutip Reuters, Jumat (8/5), para pejabat mengatakan, kurangnya peralatan pelindung untuk petugas medis serta kurangnya kesadaran di antara beberapa staf medis tentang tindakan pencegahan untuk menghindari infeksi menjadi penyebab tingginya kasus virus corona pada staf medis.
Tingginya tingkat infeksi di kalangan petugas kesehatan ini juga memicu kekhawatiran di antara petugas medis dan beberapa dokter menutup klinik mereka.
Baca Juga: Taliban serang pusat militer di Afghanistan, beberapa anggota militer tewas
Namun, tidak jelas apakah tingkat infeksi yang tampaknya tidak proporsional mungkin setidaknya sebgian karena staf medis lebih mungkin melakukan tes virus corona. Hanya sedikit orang dengan gejala Covid-19 klasik yaitu demam tinggi dan masalah pernapasan yang mendapat tes di Afghanistan karena kurangnya alat uji (test kit).
Secara total, ada 925 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di Kabul, termasuk sekitar 346 kasus staf medis, seorang pejabat kesehatan pemerintah dan seorang dokter Afghanistan yang berada di dewan satuan tugas pandemi yang dipimpin pemerintah.
Berdasarkan data resmi, pada Kamis (7/5), sebanyak 3.563 orang dinyatakan positif dan 106 orang meninggal karena Covid-19 di Afghanistan.
Kedua pejabat itu, yang meminta dirahasiakan namanya karena tidak berwenang membahas masalah ini di depan umum menatakan, setidaknya ada 13 dokter meninggal di berbagai negara bagian Afghanistan bulan lalu dan pada pekan pertama Mei.
Setidaknya sembilan dari dokter tersebut ada di rumahsakit umum, swasta atau militer di Kabul, menurut sumber pejabat kesehatan.
Pemerintah mengatakan pihaknya menyediakan fasilitas terbaik yang tersedia untuk menangani krisis kesehatan.
Beberapa dokter menutup klinik mereka, dan membuat sumber daya kesehatan makin terbatas di Afghanistan.
"Saya telah memutuskan untuk menghentikan praktik saya selama dua bulan, banyak dokter tidak akan membuka klinik dan tempat praktek pribadi mereka ... wanita hamil diberitahu untuk mencari bidan daripada datang ke rumahsakit," kata seorang ahli jantung di Kabul.
Dengan populasi lebih dari 37 juta, Afghanistan memiliki sekitar 172 rumahsakit, dan empat dokter per 10.000 orang, menurut laporan pemerintah tahun 2019.
Sistem perawatan kesehatan bergantung pada bantuan dorong asing hingga jutaan dolar.
Setidaknya enam dokter yang berbicara dengan Reuters mengatakan pemerintah belum memiliki data akurat tentang kasus Covid-19 di depan umum, dan banyak rumahsakit kewalahan.
Baca Juga: Sebanyak 20 staf di istana presiden Afghanistan terinfeksi virus corona
"Situasinya sangat buruk sehingga dokter sebaiknya duduk di rumah," kata seorang dokter Barat yang telah bekerja di Kabul selama enam tahun.
Kementerian kesehatan mengatakan sedang mengumpulkan data pada kasus yang dikonfirmasi tetapi dalam beberapa kasus infeksi tidak dilaporkan ke kementerian. Ada bagian negara yang berada di bawah kendali kelompok militan Taliban sehingga sulit bagi pemerintah untuk mengakses data.
Pemerintah juga mengatakan bahwa sementara melakukan yang terbaik untuk melindungi orang, sebagian besar respon terhadap pandemi tergantung pada bantuan asing.
Menteri Kesehatan Ferozuddin Feroz telah dinyatakan positif mengidap penyakit Covid-19, kata menteri itu, Kamis.