Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Seiring menurunnya jumlah kasus Covid-19, jumlah perjalanan dengan pesawat udara semakin meningkat. Namun bandara dan maskapai terkemuka kewalahan untuk menangani tingginya permintaan penerbangan karena kurangnya jumlah pegawai.
Akibatnya, penumpang di bandara di Sydney, India sampai Eropa harus menunggu berjam-jam untuk check in. Lufthansa Ariline bahkan membatalkan ratusan penerbangan karena tidak punya cukup pegawai untuk mendukung kegiatan operasional.
Pegawai yang sebelumnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) juga menolak untuk kembali bekerja. Jika kembali bekerja, mereka menghadapi ketidakpastian akibat inflasi yang naik dan tekanan ekonomi sehingga bisnis penerbangan bisa kembali terpuruk.
"Semua bandara dan maskapai penerbangan kekurangan karyawan. Hampir setengah dari 33.000 tenaga kerja kehilangan pekerjaan selama Covid. Bandara mati-matian mencoba membangun kembali tapi ada kekhawatiran seputar keamanan kerja," kata CEO Bandara Sydney Geoff Culbert dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/6).
Baca Juga: Tak Ada Syarat Tes Covid-19 bagi Pelancong yang Datang ke AS
Setelah kehilangan pekerjaan, banyak karwayan di sektor penerbangan menjalani karir yang lebih stabil sehingga maskapai sulit merayu mereka kembali. Bandara Changi Singapura bahkan mencari 6.600 karyawan baru mulai dari bagian keamanan hingga katering.
Certis Group juga menawarkan bonus senilai US$ 18.000, sekitar 10 kali gaji pokok bulanan, untuk bekerja sebagai petugas polisi tambahan yang akan membantu mengatur lalu lintas dan pengendalian penumpang.
Kekurangan jumlah pegawai yang parah akan menjadi topik hangat pada rapat umum tahunan ke-78 Asosiasi Transportasi Udara Internasional yang dimulai di Doha, Qatar pada Minggu ini.
Masalah ini telah menyebabkan penundaan, pembatalan, dan membuat frustasi bagi maskapai penerbangan dan pelancong di berbagai wilayah. Situasinya yang buruk membuat CEO Ryanair Holdings Plc Michael O'Leary meminta bantuan tambahan personel dari militer Inggris dan Qantas Airways Ltd.
Bahkan Australia telah membujuk staf kantor pusat untuk bekerja sebagai sukarelawan bandara selama periode liburan puncak Juli. CEO Lufthansa Jens Ritter mengatakan, maskapai masih berjuang untuk mengatur jadwal penerbangan sesuai rencana.
“Banyak orang telah meninggalkan pekerjaan ini dan mencari pekerjaan di tempat lain. Sekarang, mitra kami seperti bandara dan katering mengalami kekurangan pegawai yang akut dan sedang berjuang untuk merekrut karyawan baru," terangnya.
Baca Juga: Dukung Pemulihan Global Asia & Australia Batik Air Terbang Rute Bali ke Melbourne
British Airways telah merekrut 3.000 calon pegawai. Sementara EasyJet Plc merekrut 140 awak yang terlatih namun belum memenuhi memiliki lisensi yang diperlukan untuk menerbangkan pesawat.
Di Asia, bandara biasanya lebih proaktif dalam menghindari kepadatan penumpang dan terkadang menolak izin maskapai untuk tambahan penerbangan baru atau meminta mereka untuk menjadwal ulang.
Pendiri konsultan Sobie Aviation yang berbasis di Singapura, Brendan Sobie menilai, tidak ada pasar yang kebal terhadap masalah tenaga kerja sehingga solusi apapun yang diberikan bisa dianggap bermanfaat.